Dari Bertani Hingga Kelola Data, 90°DigiTalk hadirkan Alternatif Lapangan Kerja di Era 4.0

Yogyakarta, 14 November 2018– Revolusi industri membawa banyak perubahan dalam segala aspek kehidupan, salah satunya di bidang lapangan kerja dan berbagai alternatifnya. Center for Digital Society (CfDS) membawa isu ini dalam 90° DigiTalk yang menghadirkan talkshow ”Alternatif ­­­Lapangan Pekerjaan di Era Revolusi 4.0“ yang diselenggarakan di Ruang Auditorium Lt.4 BB Fisipol UGM pada Rabu (14/11).

Dwi Purnomo dari The Local Enablers, memaparkan latar belakang didirikannya komunitas yang berada di Universitas Padjajaran Bandung ini, sebagai wakil dekan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad, ia mendirikan komunitas ini sebagai model pendampingan kewirausahaan pemula  sekaligus. Ia selalu menekankan kolaborasi sebagai kunci efektif dalam wirausaha, khususnya di komunitas tersebut.

Pamitra Wineka, presiden Tanifund Fintech atau Tanihub memaparkan kurangnya efisiensi UMKM di Indonesia. “Potret UMKM jumlahnya ada 57,8 juta. Namun hanya  0,01% yang besar,” ujar Eka.

“PDB Indoesia diatas 50%, hal ini berarti UMKM berperan besar dalam menyumbang PDB. Tapi banyak kendala di akses dana dan pasar. Perbankan sudah ada lebih dari 50 tahun tapi yang bisa dapat kredit cuma 40% UMKM, ini karena bank punya syarat 5C, Character, Capacity, Capital, Condition  dan Collateral,”  ujar Eka.

“Di Indonesia UMKM paling dominan itu pertanian tapi UMKM sulit dapet pendanaan, makannya petani sering diasosiasikan degan kemiskinan. Padahal PDB menyerap 30% lebih pendapatan dari bidang pertanian,” ujar Eka.

Di desa, collateral ini lah yang memberatkan para pebisnis pemula, yakni mengembalikan pinjaman dari pihak bank. Sekarang ada fintech untuk inklusi semua orang tanpa collateral.

Tanihub hadir dengan konsep peer to peer landing di bidang pertanian serta pendanaan dengan berlandaskan asas gotong royong. Metode Pinjaman ke kelompok tani dengan konsep peer to peer landing berbeda dengan bank karena ada kuasa pemilik dana untuk kasih pinjaman serta ada  pilihan untuk orang yang sudah tertata track record-nya.

Selain menyediakan layanan pembiyaan bisnis, Tanihub juga menyediakan Kerjasama dan pengawasan tani dengan cara terhubung dengan e-commerce sehingga ketika  musim panen tiba hasil tani terserap dan return di fintech lebih tinggi.

Hargo Utomo, perwakilan Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM memaparkan bagaiman mahasiswa  memulai bisnis. Baginya, saat ini segala disiplin ilmu harus saling berkolaborasi. “ Bisnis bukan cuma tentang FEB , engineering juga bukan cuma teknik tapi juga ada social engineering. Everything is business when we create value,” tutur dosen FEB UGM ini.

“Saat ini bisnis bukan konotasi ke perusahaan lagi.  Kaya bukan berarti punya uang, tapi knowledge dan kemampuan mengubah obstacles jadi challenge dan oppurtunity. Dulu punya uang dulu baru bisnis, sekarang modalnya adalah ide dan berani melangkah. Dulu resources based economy sekarang knowledge based economy. Knowledge itu unlimited, syaratnya creativity, courage dan curiousity,” tutur Hargo.

Selain itu, di jeda antar pemateri ada perkenalan komunitas dari Indonesia Berbicara yaitu komunitas bersama lawan apatisme politik. Kevin Tan selaku founder dari Indonesia Berbicara memaparkan “Parpol di Indonesia banyak tapi banyak masyarakat yang apatis,” ujar Kevin. Melalui komunitas ini mereka mengajak masyarkat khususnya millennial untuk bergerak melek politik.

Selain itu Kompas Data juga turut hadir memperkenalkan platform barunya, platfor dari Kompas ini muncul atas kekayaan data yang dimiliki Kompas sejak 1965. Kompas menyediakan data ini dengan jaminan mengedepankan jurnalisme presisi, mempunyai dasar dan risetnya melalui editing yang berlapis.

Sejak 2005 hingga saat ini, ada 2 juta artikel yang dimiliki Kompas. Kekayaan intelektual inilah yang diolah menjadi data, menjadi arsip yang bernilai bermanfaat.

Penggunaan data diolah menjad bentuk karya kreatif melalui buku digital newsbook yang bekerja sama dengan Project Aksara Maya serta Perlusnas dengan menciptakan buku tentang 20 tahun reformasi dalam kemasan komik, hal ini bertujuan agar anak muda generasi 1980-1990 bisa tau peristiwa bersejarah melalui  Buku Pintar Kompas. Selain itu, produk yang dihasilkan Kompas Data juga berupa adanya jejak pendapat litbang setiap bulannya serta infografis. (/Afn)