Dari Profesi Widyaiswara Hingga Social Media Strategist, Semua Butuh Ilmu Komunikasi

Yogyakarta, 15 November 2019—Mengajak mahasiswa untuk mempersiapkan rencana karir secara matang, Program Studi Magister Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM mengadakan Alumni Sharing Session bertajuk “Ilmu Komunikasi dan Aktualisasnya Dalam Dunia Kerja” yang berlangsung di Eastparc Hotel, Yogyakarta pada Jumat silam.

Rahmat Hidayat dan Mellysa Widyastuti, dua alumni Magister Departemen Ilmu Komunikasi yang berkarir dengan latar belakang berbeda pun menemani Sharing Session yang dihadiri  para mahasiswa Pascasarjana yang sedang menempuh semester 1 dan 2.

Rahmat Hidayat, alumni angkatan 2014 mulai membagikan perjalanan karirnya sebagai Widyaiswara Ahli Muda Bidang Latbang di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY setelah menempuh studi magister yang diperolehnya dari Beasiswa Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Masih terdengar asing di telinga, profesi Widyaiswara sendiri merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negara  yang diangkat sebagai pejabat fungsional untuk mendidik, mengajar dan melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pemerintah. Profesi ini pun dipilih Rahmat karena sesuai dengan konsentrasi studi yang dipilihnya yakni kebijakan komunikasi.

“Aktualisasi yang saya dapat dari belajar ilmu komunikasi saya manfaatkan di luar pekerjaan juga sebagai coach maupun perancang pelatihan. Puncaknya, ketika di lembaga diklat, saya bisa mengemas informasi menjadi pesan efektif ke asesor“, ujar Rahmat yang juga merupakan sarjana sosiologi UGM ini.

Bagi Rahmat, selain menguasai ilmu komunikasi, hybrid competency sangatlah diperlukan. “Ilmu komunikasi butuh gabungan kompetensi tertentu yang berbeda tapi menunjang, misalnya kompetensi hiburan untuk mengembangkan metode diklat,” ujar Rahmat.

Selain itu, berjejaring juga menjadi kunci Rahmat untuk meniti karir, “Lulus tidak hanya tentang paham teori saat kuliah, tapi kemudian mencari infomasi dan membuat jejaring selama kuliah sebagai peluang karir. Pemetaan karir sebaiknya dimulai dari semester awal,” pungkas Rahmat.

Selanjutnnya, Mellysa Widyastuti, alumni Magister Ilmu Komunikasi angkatan 2016 pun bergantian menceritakan perjalanan karirnya menjadi Social Media Strategist AYO Media Network. Selepas meraih gelar Sarjana di Univeritas Padjajaran, Bandung, Mellysa memilih untuk melanjutkan studi ke Magister Ilmu Komunikasi UGM melalui beasiswa LPDP.

“Ketika masuk ke dunia kerja yang bagaikan hutan belantara, akan ada perbedaan ekspetasi setelah kuliah yaitu; kembali ke kantor atau mencari suaka (tempat) baru. Akan muncul pertanyaan juga, apakah setelah lulus S2 masih mau gaji yang sama atau bahkan jabatan operasional yang setara S1? Maka, kita perlu mencari kolam yang tepat dalam menentukan interest,” tutur Mellysa.

Bekerja sebagai social media strategist, membuat pekerjaan Mellysa cukup beragam mengingat AYO Media Network merupakan perusahaan konvergensi yakni perusahaan dengan bidang yang beragam mulai dari public relation consultant hingga web developer yang terintegrasi.

Bagi Mellysa, perencanaan tesis memerlukan perancaan sedini mungkin, “Capture fenomena disekitar dan cari interest-mu.  Ilmu komunikasi gak terbatas pada topik strategi komunikasi, temukan hal yang disenangi lalu rumuskan jadi tiga kata kunci.” ujar Mellysa.

Alumni Sharing Session yang telah diselenggarakan sejak setahun yang lalu, hadir bukan tanpa alasan. Novi Kurnia, Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi pun bercerita bahwa Alumni Sharing Session diadakan karena adanya keterbatasan waktu bagi mahasiswa S2. “Mahasiswa akan masuk kelas selama tiga semester, lalu sisanya mempersiapkan tesis. Kesempatan untuk kenal kakak tingkat dan alumni pun terbatas. Dari sini kami ingin menyediakan jejaring antara alumni, prodi, dosen dan mahasiswa untuk bisa saling bertemu dan berbagi pengalaman tentang kaitan pelajaran di kampus dengan tantangan untuk membaca perubahan di luar kampus,” ujar Novi.

Selain itu, untuk mempersiapkan karir mahasiswa, perubahan kurikulum juga ditinjau secara berkala setiap lima tahun sekali. Di 2017 silam, telah muncul peminatan baru bukan hanya tentang digital, tapi juga perkembangan media dan budaya. Isu yang dibawa pun variatif, salah satunya literasi digital yang dimanfaatkan sebagai sarana pengabdian masyarakat oleh mahasiswa S2.

“Beberapa buku modul literasi digital yang telah dihasilkan bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi dimanfaatkan sebagai program pengabdian masyarakat mengenai media sosial dan sikap bijak terhadap informasi bencana alam. Hal ini dilakukan sebagai exercise praktikum literasi digital oleh para mahasiswa.  (/Afn)