Diseminasi Riset: Pengembangan Islamic Heritage Tourism di Yogyakarta

Yogyakarta, 6 Desember 2018—ASEAN Studies Center (ASC) Fisipol UGM mengadakan diseminasi hasil riset bertajuk “From Indonesia To ASEAN: Lesson Learned From The Field” pada Kamis (6/12/2018). Berlokasi di Ruang Seminar Timur Fisipol UGM, diseminasi ini menghadirkan lima presentasi hasil riset dan satu presentasi chapter buku. Diseminasi ini dimoderatori oleh Harits Dwi Wiratma, Dosen Hubungan Internasional Univeristas Respati Yogyakarta.Salah satu presentasi riset tersebut berjudul Inisasi Pengambangan Islamic Heritage Tourism di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibawakan oleh Dra. Siti Daulah Khoiriati. Presentasi diawali dengan video yang merupakan hasil produk dari penelitian ini.

Video yang diputar menceritakan mengenai Dusun Mlangi dan Masjid Pathok Negoro yang terletak di dalam Dusun Mlangi. Masjid Pathok Negoro sendiri merupakan masjid pathok negoro pertama di DIY yang dibangun oleh Kyai Nuriman, saudara dari Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Masjid tersebut diperuntukkan untuk melakukan pendidikan dan pengajaran Islam ke masyarakat DIY. Masjid Pathok Negoro kemudian berkembang menjadi pusat kaderisasi dan pengadilan agama dari Keraton Yogyakarta. Suasana dalam masjid pun sangat identik dengan suasana Keraton.

Salah satu hal yang menjadi daya tarik dari Masjid Pathok Negoro ini adalah makam Kyai Nuriman yang terletak di dalam kompleks masjid. Banyak pengunjung yang kemudian datang ke masjid untuk berziarah di makam Kyai Nuriman.

Penelitian berjenis pengabdian masyarakat ini memang berfokus pada pengembangan Dusun Mlangi sebagai Islamic Heritage Tourism di DIY. Siti menjelaskan, Dusun Mlangi merupakan hasil kaderisasi turun temurun dari dakwah Kyai Nuriman.

“Tetapi, pendidikan Islam yang dibawa oleh Kyai Nuriman dilakukan tidak hanya di Dusun Mlangi saja. Kyai Nuriman juga membangun pondok pesantren baik di Mlangi dan di Jawa Timur serta Jawa Tengah,” kata Siti.

Latar belakang diadakannya riset ini adalah untuk menjembatani antara riset sebelumnya dengan implementasi langsung ke masyarakat. Riset ini bertujuan untuk mengembangkan Dusun Mlangi sebagai lokasi wisata religi di Yogyakarta. Hal ini didasari oleh banyaknya pengunjung yang datang ke masjid untuk sekadar melihat-lihat dan berziarah ke makam Kyai Nuriman.

“Melalui riset ini kami mendiskusikan dengan masyarakat bagaimana kalau pengunjung diberikan layanan yang lebih banyak agar mereka bisa tinggal lebih lama di Mlangi dan tidak hanya berkunjung ke masjid dan ziarah saja,” kata Siti.

Dalam penelitian tersebut disebutkan beberapa daya tarik yang dimiliki Dusun Mlangi. Mulai dari Masjid Pathok Negoro, tradisi dan budaya lokal yang hidup di masyarakat, festival khusus yang diadakan di waktu-waktu tertentu, hingga penjualan souvenir sebagai oleh-oleh. Melalui penelitian ini dikembangkan Heritage Wall sebagai nilai tambah dusun agar pengunjung bisa berjalan-jalan di sekitar dusun dan pondok pesantren, tidak hanya di masjid saja.

Selain video, output dari riset ini berupa policy brief dan pembentukan kelembagaan desa wisata religi. Menurut Siti, membentuk suatu institusi merupakan bagian yang sangat penting. Dalam melakukan riset, Siti mengaku dilakukan juga audiensi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman untuk mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dan lokakarya. Hasilnya adalah pembentukan Pokdarwis desa wisata religi di Dusun Mlangi.

Namun, dalam melakukan riset, Siti mengatakan cukup sulit untuk mendorong agar masyarakat sadar bahwa mereka memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi lokal.

“Kami sudah berupaya mendorong masyarakat Dusun Mlangi mengorganisasi diri untuk mengembangkan desanya menjadi desa wisata religi tapi saat ini belum ada tindak lanjut yang berikutnya,” kata Siti.

Menurut Siti, terdapat beberapa kondisi dan permasalahan yang dialami di Dusun Mlangi. Pertama yaitu pengetahuan masyarakat yang masih minim. Selanjutnya, belum ada inisiatif untuk pengembangan berkelanjutan. Selain itu, administratif dalam pengelolaan wisata juga belum tersedia.

“Dan terakhir pengelolaan destinasi yang sebenarnya sudah berjalan, namun belum maksimal,” kata Siti.

Penelitian pengabdian masyarakat ini hanya dilakukan selama 6 bulan mulai dari April hingga Oktober 2018. Siti berharap program pengabdian masyarakat serupa dapat dilaksanakan lagi agar pengembangan tidak berhenti. Siti juga mendorong mahasiswa untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata tematik atau membuat Program Kreativitas Mahasiswa di dusun tersebut. /(hsn)