Hasil Riset CfDS Terkait Pemilu 2019: Influencer Prabowo Mendominasi, Jokowi Tokoh Politik Paling Populer.

Yogyakarta, 21 Mei 2019—Dari hasil riset yang dilakukan oleh Centre for Digital Society atau CfDS Fisipol UGM yang bertajuk “10 Tokoh Politik Populer, ditemukan bahwa dalam perbincangan Pemilu 2019 di Twitter, Influencer kubu 02 mendominasi dengan 8 dari 10 tokoh populer. Namun tokoh politik paling populer diraih oleh Presiden Joko Widodo dengan total engagement sebesar 5,67 juta dalam platform media sosial tersebut.

Konferensi pers mengenai rilis hasil penelitian tersebut dilaksanakan di ruang BC 201 Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada. Dengan pembicara Treviliana Eka Putri dan Iradat Wirid yang sekaligus merupakan bagian dari tim peneliti dalam riset ini. Data yang ada menunjukkan bahwa hasil engagement tinggi dalam twitter sangat dipengaruhi oleh personalisasi cuitan. Hal tersebut menjelaskan mengapa Prabowo dan Ma’ruf Amin tidak masuk dalam 10 besar tokoh paling populer. “Dari hasil temuan kami, cuitan yang memiliki personalisasi seperti bahasa, ungkapan, dan tone yang khas tokoh politik tersebut cenderung memiliki engagement yang tinggi” ujar Iradat, salah satu peneliti riset CfDS.

Menurut para peneliti, banyak cuitan memiliki format tulisan yang kurang memfasilitasi gaya bicara Prabowo yang tegas dan berapi-api. Sehingga banyak pendukung kubu 02 di Twitter lebih dapat relate kepada Sandiaga Uno yang menjadi tokoh terpopuler kedua ketimbang Prabowo. Sedangkan akun Ma’ruf Amin cenderung terkesan sangat formal dan seakan-akan dibuat sekadar formalitas.

Perkiraan awal penelitian ini adalah adanya kontestasi antara Jokowi dan Prabowo di Twitter, dengan Jokowi yang lebih populer mengingat jumlah follower yang sangat besar (11 juta per mei 2019). Namun yang ditemukan adalah justru kubu 02 sangat memanfaatkan influencer seperti Rocky Gerung, Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Dahnil Azhar sebagai corong suara kubu tersebut. Para influencer kubu 02 tersebut dengan konsisten membawakan narasi kegagalan pemerintah presiden Jokowi dan memanfaatkan tagar-tagar populer yang diinisiasi oleh kubu mereka seperti #2019gantipresiden dan #17aprilgoodbyejokowi. Terdapat juga beberapa akun 10 besar terpopuler yang sebenarnya bukan tokoh politik mainstream seperti akun Cak Khum dan Haikal Hassan.\

Ditengah perbincangan politik yang semakin terpolarisasi, sosok Mahfud MD dinilai menjadi penengah antara kedua kubu. Hasil analisis menggunakan Drone-Emprit mengungkapkan bahwa engagement akun Mahfud MD diwarnai oleh kedua kubu. “Meski sosok Mahfud MD sempat diwacanakan menjadi salah satu calon wakil presiden, ia tetap terlihat netral karena berfokus pada menangkis isu-isu dan informasi palsu dengan data yang terverifikasi. Sehingga engagement dari akun tersebut tidak terfokus pada satu kubu,” papar Treviliana, salah satu presentator hasil riset.

Platform Twitter menjadi pilihan obyek riset karena memiliki resonansi yang besar, artinya info yang muncul dari cuitan di media sosial tersebut akan menyebar lebih cepat jika dibandingkan platform media lainnya seperti Facebook, Instagram, atau bahkan siaran televisi.

Riset dilakukan dengan melihat cuitan 17 Januari, debat capres pertama, dan 16 Mei atau seminggu sebelum penetapan pemenang Pemilu. Penelitian ini menjaring 64.000 cuitan orisinil dari 109 tokoh politik didapatkan data-data mengenai engagement, seperti retweet, like/love cuitan balasan. Dari data yang ada kemudian dipetakan pola perbincangannya. Para peneliti mengakui sebenarnya ada platform lain yang penyebarannya berpotensi jauh lebih besar yaitu WhatsApp. Karena sifatnya yang personal, maka tidak dimungkinkan untuk melakukan pengambilan data dengan maksimal. (AAF)