Konferensi Pers Riset CFDS: Tren Program Studi Baru Berkarakter Industri 4.0 di Perguruan Tinggi Meningkat

Yogyakarta, 2 Mei 2019—Beberapa program studi (Prodi) baru yang berkaitan dengan revolusi industri 4.0 menjadi prodi baru favorit dalam SBMPTN 2018. Seperti Prodi Bisnis Digital dan Ilmu Aktuaria di Universitas Padjajaran, juga Ilmu Aktuaria di Universitas Indonesia.

Temuan tersebut merupakan hasil riset Digital Intelligence Lab, Centre for Digital Society Fisipol UGM terkait Pendidikan Tinggi dan Industri 4.0. Pemetaan kesiapan perguruan tinggi (PT) dan perbincangan mengenai pendidikan tinggi di media sosial menjadi agenda CFDS kali ini.

“Tren pembentukan Prodi baru yang mengakomodasi permintaan industri era 4.0 ini kami prediksikan akan meningkat dalam beberapa tahun kedepan,” ujar Treviliana Eka Putri, manajer Digital Intelligence Lab CFDS.

Universitas Gadjah Mada sendiri sudah membuka program Studi Aktuaria di bawah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) pada tahun 2018. Program ini mengabungkan ilmu pengelolaan resiko keuangan lewat matematika dan statistika menggunakan pemrograman komputer.

Menurut para peneliti fenomena tersebut menunjukkan pergerakan perguruan tinggi di Indonesia untuk mulai mengakomodasi kebutuhan industri 4.0 yang berbasis teknologi. Beberapa variabel lain yang digunakan untuk menilai kesiapan perguruan tinggi adalah fasilitas laboratorium Big Data dan AI, juga penyediaan fasilitas distance learning atau pembelajaran jarak jauh.

Fasilitas laboratorium Big Data dan kecerdasan buatan perguruan tinggi di Indonesia sendiri masih terbatas. Beberapa PT yang memiliki fasilitas tersebut diantaranya adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Hasanudin, Institut Teknologi Bandung, Universitas Telkom dan Universitas Bina Nusantara.

Pertanyaan yang hendak dijawab dari riset yang dikembangkan oleh CFDS adalah apakah perguruan tinggi yang menyediakan prodi yang menggunakan teknologi digital lebih banyak diminati? Melalui pemetaan peminatan SBMPTN dari tahun 2016-2018, ditemukan bahwa peminatan prodi tradisional masih mendominasi dibandingkan prodi berbasis teknologi digital

Perkiraan awal para peneliti adalah tren yang meningkat akan berada di bidang STEM atau Science, Technology, Engineering, and Math, namun yang mengalami tren peningkatan terbesar dalam tiga tahun kebelakang justru prodi sastra bahasa asing dan pendidikan. Namun memang terdapat kemunculan program studi baru seperti Aktuaria dan Bisnis Digital yang langsung mendapatkan banyak peminat dibandingkan dengan prodi baru lainnya.

Selain lewat peminatan SBMPTN, peneliti CFDS juga menggunakan platform media sosial yaitu twitter untuk melihat perbincangan seputar perguruan tinggi dan prodi. Perbincangan yang ditemukan ternyata tidak banyak menunjukkan tujuan tempat perkuliahan baik nama PT maupun prodi yang diminati.

Namun ditemukan bahwa ada mekanisme baru dimana pengguna media sosial melemparkan pertanyaan secara anonim di twitter terkait dengan pemecahan soal, pertanyaan terkait materi hingga pertimbangan pemilihan prodi dan PT. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disalurkan lewat akun akun yang kerap disebut base atau menfess seperti akun @educationfess dan @eduthingy.

Tren tersebut sesuai dengan tren di dunia pendidikan dimana ada pergeseran peran bimbingan belajar yang dahulu menggunakan sistem pengajaran di kelas layaknya sekolah menjadi sistem pembelajaran daring lewat website maupun aplikasi. Beberapa platform yang ramai digunakan adalah Quipper, Ruangguru, dan Zenius.

Penelitian pemetaan perbincangan di platform media sosial twitter menggunakan alat API dan Webscraper. Dari pemetaan terebut didapatkan 13.536 cuitan asli yang mengundang 69.313 respon perbincangan secara total. (AAF)