Malam Sastra Teater Selasar: Panggung Terbuka untuk Bahagia Bersama

Yogyakarta, 6 September 2019—Kebahagiaan selalu jadi incaran dalam hidup. Untuk memperolehnya, setiap orang punya kiat masing-masing, bergantung pada preferensi dan cara mereka mendefinisikan kebahagiaan.

Pada Jumat malam lalu, kebahagiaan meluap-luap di Taman San Siro Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Mulai pukul 7 hingga 11 malam, Teater Selasar mengadakan sebuah acara bertajuk Malam Sastra: Muda Mudi Mellow. Meskipun jargon yang diangkat terkesan kekanak-kanakan dan picisan, acara berlangsung secara seru sekaligus khidmat. Banyak penonton dari berbagai fakultas di UGM datang berbondong-bondong ke acara tersebut. Di Malam Sastra, berlangsung sebuah panggung terbuka bagi setiap orang yang datang untuk membacakan puisi, dongeng, bahkan bernyanyi. Semua orang diberi hak yang sama untuk maju ke atas panggung.

“Malam ini, yang kita lakukan adalah bahagia bersama. Sehingga siapapun yang ingin menunjukkan kreativitasnya, dipersilakan untuk maju ke atas panggung,” jelas Nandhika Lupitasari (selanjutnya disebut Lupi) sebagai ketua Teater Selasar, membuka acara dengan memberi sambutan kepada audiens. Di atas panggung, terdapat dua amplifier, satu gitar akustik, dan satu kursi kayu sebagai penunjang setiap penampilan. Dalam acara ini, Forum Musik Fisipol UGM juga ikut memberi dukungan teknis dan meramaikan acara.

Selain panggung terbuka, pada Malam Sastra Jumat lalu, berlangsung pula sebuah pertunjukan teater berjudul “Distopia Catatan Perjuangan” dari Kelompok Teater Nirmana Departemen Arsitektur UGM. Naskah dan pertunjukan tersebut ditulis dan disutradarai oleh Nathania Serephine, mahasiswi dari departemen yang sama. Kepada kami, Nathania mengungkapkan bahwa ia mengadaptasi naskah teaternya dari Novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. “Pertunjukan teater ini dilangsungkan sebagai wahana geladi bagi kami—Teater Nirmana—sebelum berkompetisi di perhelatan Porsenigama Oktober mendatang,” tutur Nathania.

Sebagai acara tahunan, Malam Sastra selalu berhasil menarik perhatian para mahasiswa. Dari berlangsungnya acara tersebut, tutur Lupi, akan banyak berdatangan anggota baru yang ingin bergabung ke kelompok teater yang ia pimpin itu. Keberadaan Teater Selasar memang acapkali menjadi wadah efektif bagi kreativitas mahasiswa Fisipol UGM secara umum. Meskipun berfokus pada pertunjukan teater, kelompok ini kerap menginisiasi berbagai acara yang menjadi cambuk mahasiswa untuk terus produktif berkesenian.

Kebijakan yang diterapkan oleh Teater Selasar untuk merekrut anggota juga terhitung longgar. Untuk bergabung, setiap orang tidak diberi persyaratan apapun. Alasan itulah yang menyebabkan kelompok teater ini punya banyak anggota lintas fakultas di UGM, bahkan dari berbagai universitas di Yogyakarta. Hingga saat ini, dalam Teater Selasar terdapat dua anggota yang masing-masing berasal dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Mercubuana. “Kalau ada orang yang ingin bergabung dengan kami, ya, langsung bergabung saja. Kami tidak biasa memberi batasan kepada siapapun,” tambah Lupi.

Bagi para anggota Teater Selasar, berkesenian adalah salah satu cara yang bisa ditempuh untuk memperoleh kebahagiaan. Hal itu mengharuskan mereka lepas dari sekat-sekat yang terwakili oleh identitas berupa fakultas maupun universitas tempat mereka berasal. Mereka sadar bahwa kebahagiaan patut dimiliki semua orang, dan yang mereka perlukan hanyalah tertawa bersama. (/Snr)