Research Day Fisipol: Menelisik Ruang Inklusi Sosial di Era Transformasi Digital

Yogyakarta, 4 November 2019—Riset-riset yang mengambil tema Inklusi Sosial di Era digital diharapkan akan menjadi pemantik riset-riset keluaran Fisipol UGM yang lebih peka terhadap dinamika dan isu-isu sosial di masa kini, menurut Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto selaku dekan Fisipol UGM dalam Pembukaan Research Days Fisipol 2019 pada Senin lalu di Selasar Barat Fisipol UGM. Pasalnya teknologi informasi dan telekomunikasi yang berkembang pesat di era digital dapat memfasilitasi inklusi sosial yang lebih baik, namun juga memiliki potensi untuk memberikan efek yang sebaliknya.

Inklusi sosial di era digitial menjadi tema utama dan yang menyatukan dalam tiga riset yang dipresentasikan dalam acara pembukaan Research Days Fisipol 2019. Dalam presentasi pembuka terdapat tiga topik yang diangkat, yaitu terkait dengan implementasi Information and Communication Technology (ICT) di negara-negara ASEAN, Persepsi di Indonesia terhadap kebangkitan Tiongkok sebagai negara kuat dan terkait inklusi terhadap pencari suaka di Indonesia.

Tema inklusi terlihat jelas dalam riset bertajuk “Embracing the ‘Unnacepted’: In Search for Inclusiv Young-Asylum Seekers and Refugees in Indonesia” yang dilakukan oleh Yunizar Adiputera MA. dan tim. Riset ini mencoba untuk mencari dan menganalisis bagaimana sistem atau mekanisme yang diterapkan di berbagai kota untuk mengakomodir pendidikan pencari suaka muda di Indonesia.

Beberapa temuan yang menarik adalah Indonesia tidak memiliki basis hukum yang jelas dalam penyediaan pendidikan terhadap pencari suaka, dan terdapat perbedaan pendekatan dalam upaya mengakomodasi kebutuhan tersebut di tiap-tiap kota yang memiliki pencari suaka.

Selain itu dalam riset “Digital Divide in ASEAN Member States: Analyzing the Critical Factors for Successful E-Government Reform” yang hasilkan oleh Dr. Indri Dwi Apriliyanti dan tim menemukan bahwa setidaknya ada 5 faktor utama bagaimana implementasi ICT di pemerintahan negara bisa berhasil. Kelima faktor tersebut adalah kualitas institusi, sumber daya yang dimiliki, kepemimpinan pengaturan organisasi dan nilai-nilai budaya.

Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap ketimpangan implementasi ICT dalam reformasi E-Government yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN. Padahal, implementasi ICT dalam sistem pemerintahan dinilai dapat mengurangi inefisiensi dalam birokrasi dan meningkatkan transparansi.

Seadngkan dalam riset ketiga yang berjudul “China is Coming: The Construction and Representation of China in Indonesia” oleh Drs. Muhadi Sugiono MA. beserta timnya mencoba untuk melihat sentimen dan persepsi dari berbagai golongan masyarakat dalam melihat kebangkitan Tiongkok sebagai negara kuat. Dalam riset ini ditemukan bahwa ada tendensi untuk menarik diri dalam membicarakan kebangkitan Tiongkok terutama secara kritis karena luka lama yang merupakan peninggalan masa orde baru.

Namun dalam melihat realitas lewat media sosial, masyarakat Indonesia cukup vocal dan concern terkait isu tersebut, terutama pada Desember 2018 dimana isu represi terhadap etnis Uyghur oleh pemerintah Tiongkok marak dibicarakan. Riset juga menyimpulkan signifikannya peran media massa tradisional seperti media cetak dalam membentuk opini dan persepsi terkait kebangkitan Tiongkok.

Fisipol Research Days 2019 memiliki berbagai rangkaian acara yang berjalan pada tanggal 4-6 November 2019 di Fisipol UGM. Beberapa acara yang dihelat adalah presentasi hasil hibah riset Fisipol 2019 yang diikuti oleh mahasiswa dan pengajar Fisipol dan juga hibah penilitian kolaboratif. (/AAF)