ROARGAMA 4.0: Perayaan Dies Natalis FISIPOL UGM ke-64 sebagai Pernyataan Politik dan Kebudayaan

Yogyakarta, 14 November 2019—“Ini (ROARGAMA 4.0) bukan sekadar pertunjukan musik biasa. Ia adalah bentuk statement kebudayaan dan politik Nusantara yang menggambarkan bahwa potensi kreatif berbasis lokal bisa memberi sumbangan berharga bagi peradaban musikal di dunia kreatif global,” jelas Prof. Erwan Agus Purwanto, Dekan FISIPOL UGM pada konferensi pers ROARGAMA 4.0 Kamis, 14 November lalu.

ROARGAMA sendiri merupakan singkatan dari Rhapsody of The Archipelago – Gamelan. Sedangkan angka 4.0 yang berada di belakang singkatan tersebut merujuk pada keberadaan tren otomasi dan pertukaran data terkini pada teknologi di era sekarang. Singkatnya, ROARGAMA 4.0 adalah pertunjukan musik yang mengombinasikan instrumen musik tradisional (gamelan) dan modern dalam satu panggung.

Perhelatan ini diadakan untuk memperingati Lustrum ke-14 UGM dan Dies Natalis Fisipol UGM ke-64. Fakultas Ilmu Budaya UGM juga ikut andil dalam perhelatan ROARGAMA 4.0 yang akan dilaksanakan pada tanggal 29-30 November mendatang di Gedung PKKH dan Lapangan Grha Sabha Pramana UGM.

Untuk mendukung keberhasilan acara, keduanya—Fisipol UGM dan FIB UGM—juga bekerjasama dengan Ishari Sahida dan Sabang Mowo Damar Panuluh. “Untuk mewujudkan perhelatan fenomenal dan kolosal ini, kami mengajak Ishari Sahida dan Sabrang Mowo Damar Panuluh sebagai mitra kreatif,” jelas Muhammad Najib Azca, Dosen Departemen Sosiologi UGM yang bertindak sebagai Ketua Panitia.

Ishari Sahida, atau yang lebih dikenal sebagai Ari Wulu, merupakan penghulu komunitas Gayam16. Gayam16 banyak diketahui publik sebagai entitas kreatif yang setia “menghidupkan” gamelan. Selain itu, Ari Wulu juga merupakan Program Director Yogyakarta Gamelan Festival (YGF), sebuah pertunjukan musik tahunan berskala internasional dengan gamelan sebagai fokus utama pertunjukan.

Adapun Sabrang Mowo Damar Panuluh lebih dikenal publik sebagai Noe Letto. Beliau merupakan vokalis Letto, grup band asal Yogyakarta yang banyak mendapat mendapat penghargaan di tingkat nasional maupun internasional.

Dalam perhelatan ROARGAMA 4.0, selain menjadi “tema besar” pertunjukan, gamelan juga diposisikan sebagai instrumen musik yang memangku beragam elemen seni yang ditampilkan di atas panggung. Hal tersebut bertujuan untuk menunjukkan “daya hidup”’ gamelan dalam bergaul dengan berbagai anasir musikal baru zaman kiwari. Hal ini juga sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ari Wulu.

“Gamelan bukan sekadar monumen mati yang hanya berbunyi saat ditabuh. Ia juga wujud hidup harmoni yang hadir secara elegan di medan dinamika dan dialektika zaman,” kata Ari Wulu. Secara umum, terdapat dua program utama yang menjadi rangkaian Rhapsody of the Archipelago: Gamelan 4.0 (ROAR GAMA 4.0) ini.

Program pertama adalah workshop/showcase yang akan dilaksanakan di Gedung PKKH UGM di pada tanggal 29 dan 30 November mendatang. Pada program ini, dalam satu hari, mulai pukul 13:00-17:00 WIB akan tampil 2 kelompok seni selama 30 menit. Setelah penampilan selesai, selama satu jam mereka akan melakukan workshop kolaboratif dengan para penonton, yang hasilnya akan ditampilkan pada 30 menit terakhir.

Adapun program kedua adalah Konser Gamelan 4.0 yang akan mengambil tempat di Lapangan Grha Sabha Pramana pada 30 November mendatang. Open gate acara tersebut akan dimulai pada pukul 18.00. Secara teknis, konser tersebut akan dikemas dalam sebuah pagelaran berdurasi 2,5 jam non-stop dalam satu paket repertoar. Melalui repertoar yang dikemas utuh ini, akan ditunjukkan bagaimana gamelan mampu memangku dan meramu seluruh elemen seni, terutama musik dan tari.

Beberapa kelompok musik tradisional seperti Canda Nada, Gayam16, dan Prawiratama Indonesia akan tampil dalam perhelatan tersebut. Disamping itu, terdapat beberapa kelompok musik modern seperti Letto, FSTVLST, Tashoora, Mantra Vutura, dan OM New Pallapa bersama Bordin yang juga akan tampil memeriahkan acara.

Pagelaran ROARGAMA 4.0 ini akan diusahakan menjadi agenda tahunan di UGM. Melalui pagelaran semacam ini, pihak kampus berkomitmen untuk merawat perkembangan tradisi dan budaya bangsa di tengah gerusan peradaban modern yang tak terelakkan. Maka dari itu, kerja keras dan usaha yang ajeg tentu jadi hal yang tak boleh ditinggalkan. (/Snr)