Sejak Senin, 2 Desember 2019 kemarin, setiap pagi, salah satu sudut Fisipol UGM selalu dipenuhi oleh para mahasiswa. Tempat itu terletak di Selasar Timur. Setiap pagi, di samping ruangan yang biasa digunakan para pegawai SKKK Fisipol UGM itu bermarkas, mahasiswa akan menemui satu hingga dua meja yang ditempatkan secara berjejer, salah seorang pegawai SKKK (Mbak Linda) yang duduk menunggui meja-meja itu, dan sebuah jumbo minuman, (atau kadang-kadang) kotak es portabel.
Di atas meja-meja yang berjejer itu, telah disediakan sarapan gratis bagi mahasiswa Fisipol UGM dengan jumlah tak pernah kurang dari 350 porsi. Sarapan gratis bagi mahasiswa itu rutin disediakan oleh pihak kampus setiap Ujian Tengah Semester maupun Ujian Akhir Semester. Hingga tahun 2019 ini, agenda tersebut telah diselenggarakan pihak fakultas selama dua tahun, terhitung sejak tahun 2017.
Menu sarapan yang disediakan pun beragam. Dari 350 porsi sarapan itu, mahasiswa biasa mendapat sebungkus roti dan segelas susu, atau nasi bungkus dan teh hangat pada kesempatan lain. Fisipol Free Breakfast sudah mulai tersedia di samping Ruang SKKK pukul enam pagi, dan biasanya telah ludes pada pukul sepuluh.
Ide soal sarapan gratis ini muncul di kalangan dosen pada Rapat Pimpinan Fakultas tahun 2017. Saat itu, pihak fakultas banyak mendapat laporan soal mahasiswa yang jatuh pingsan karena ujian. Untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi lagi, Dekan Fisipol UGM, Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si. berinisiasi untuk menyediakan sarapan gratis bagi para mahasiswa.
Fakta yang jamak belaka kita ketahui bahwa pada masa UTS ataupun UAS, mahasiswa biasa tidur larut malam untuk belajar atau mengerjakan tugas. Alhasil, di pagi harinya, mereka biasa bangun terlambat dan tak punya kesempatan untuk sarapan. Penyediaan sarapan gratis adalah solusi untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul dari situ. Bagi Erwan, sarapan gratis jadi kunci penting konsentrasi mahasiswa ketika mengerjakan ujian, dan karenanya, hasil ujian akan lebih maksimal.
Kepada kami, Selando Naendra, mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi 2017 yang telah merasakan (kalau boleh menyebut) privilege ini menceritakan kegembiraannya. Bagi Selando, hal yang paling menggembirakan dari sarapan gratis adalah membuatnya bisa bangun pagi. “Di masa ujian ataupun tidak, saya selalu tidur larut malam, dan karenanya saya jadi mahasiswa yang kesiangan sepanjang waktu. Sarapan gratis dari kampus membuat saya ‘terpaksa’ bangun dan pergi ke kampus lebih pagi,” kata Selando sambil tertawa.
Rencananya, pihak fakultas akan konsisten mengagendakan penyediaan sarapan gratis bagi para mahasiswa. Dunia akademis yang menuntut banyak energi fisik dan pikiran memang berpotensi membuat mahasiswa melupakan salah satu kebutuhan dasar mereka sebagai manusia: berbahagia dan bersemangat lewat makanan. Dan itu, tak boleh sampai terjadi. (/Snr)