Pada 14-18 Desember 2020, Zainuddin (selanjutnya disebut Zam) bersama dengan Aghnia Adzkia, Senior Visual & Data Journalist BBC East Asia, memberikan pelatihan cek fakta kepada para akademisi di Fisipol UGM. Dalam lokakarya ini, Zam dan Aghnia mengenalkan alat-alat (tools) yang digunakan dalam praktik cek fakta. Selain itu, ada setidaknya enam materi yang disampaikan. Pertama, memahami misinformasi dan disinformasi di Indonesia. Kedua, memantau media sosial, blog, dan situs web. Ketiga, menganalisis sumber konten dan akun media sosial. Keempat, memverifikasi foto, video, lokasi, dan waktu. Kelima, memahami etika pengecekan fakta. Terakhir, memahami keamanan dan keselamatan digital. Aghnia mengatakan bahwa saat ini jurnalis semakin ketat dalam memverifikasi informasi dan menyajikan fakta.
Selanjutnya, lokakarya kedua dilaksanakan pada 26-30 Juli 2021. Dalam kesempatan ini, Ratna Ariyanti dari AJI Indonesia menjadi pemateri bersama Zam. Lokakarya, yang didukung oleh AJI Indonesia dengan mengadaptasi materi dari First Draft News, ini secara khusus menyoroti tentang cara menangkal hoaks tentang vaksin Covid-19. Ada sepuluh materi yang disampaikan dalam lokakarya ini, dua di antaranya memahami disinformasi dan misinformasi tentang vaksin serta cara melakukan verifikasi konten visual online. Ratna menjelaskan, teori konspirasi terkait vaksin menyebabkan upaya percepatan penanganan Covid-19 semakin tidak mudah, bahkan di Amerika Serikat, negara di mana ia menempuh studi lanjut.
“Dua kegiatan ini bertujuan untuk membumikan praktik cek fakta di lingkup akademisi, sehingga akademisi bisa ikut membantu melawan gangguan informasi yang merajalela di platform digital,” jelas Zam.
Kegiatan lokakarya ini disambut baik oleh para dosen Fisipol yang menjadi peserta. Novi Kurnia, dosen Dikom yang juga merupakan Koordinator Jaringan Pegiat Literasi Digital, menilai bahwa kegiatan ini bisa turut meningkatkan kecakapan literasi digital kritis para akademisi, khususnya dalam aspek memverifikasi, menganalisis dan mengevaluasi informasi dari kanal digital. Senada, Sari Handayani, dosen Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fisipol, UGM mengaku bahwa ia mendapatkan banyak keterampilan baru, khususnya tools digital yang selama ini belum dioptimalkan.
“Dengan bekal tools dan tips yang diberikan dalam pelatihan ini, saya bisa meluruskan hoaks yang beredar di grup-grup percakapan,” kata Theresia Octastefani, dosen Departemen Politik dan Pemerintahan, Fisipol, UGM.
Zam, yang juga merupakan trainer tersertifikasi AJI Indonesia dan GNI, berharap agar dua lokakarya tersebut dapat membangun imunitas terhadap hoaks yang beredar. Ia juga menilai bahwa upaya ini dapat mengaktivasi kolaborasi dan edukasi antarpihak untuk menekan persebaran hoaks. Zam bersama dengan jejaring trainer lainnya masih terus melakukan pelatihan cek fakta kepada berbagai kelompok, seperti pers mahasiswa, himpunan mahasiswa, dan komunitas masyarakat hingga saat ini. (/NIF)