Center for Digital Society(CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM kembali menggelar Digital Future Discussion (Difussion). Acara tersebut diselenggarakan melalui kolaborasi dengan Combine Resource Institute dan SiBerkreasi pada Kamis (8/3). Melalui kerjasama tersebut, Difussion menjadi salah satu acara dari rangkaian kegiatan Jagongan Media Rakyat. Jagongan Media Rakyat sendiri merupakan sebuah acara dua tahunan yang membahas isu sosial, ekonomi, dan politik melalui kegiatan diskusi, pameran serta kegiatan musik.
PUB
Bertempat di Lobby MAP, MAP Corner-CLUB MKP (6/3) lalu mendiskusikan mengenai hubungan antara kapitalisme dan perempuan. Bersama Linda Sudiono, dosen dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Ruth Indiah Rahayu, peneliti Feminis dan Manager Program Institut Kajian Kritis dan Studi Pembangunan Alternatif, diskusikan bagaimana keadaan struktural maupun sejarah memotret perempuan.
Untuk melihat permasalahan ini, Linda mengawali dengan mengenalkan corak kapitalisme yang sudah terbentuk saat masa Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit memiliki peran besar dalam membentuk corak tersebut, karena terdapat sistem feodalisme. Terdapat fragmentasi alat produksi pada masa Kerajaan Majapahit sehingga alat produksi menjadi tidak terkonsentrasi yang menghambat revolusi borguese terjadi. Revolusi juga dihambat oleh faktor politik etis Belanda, dimana kebijakan teresebut membuat alat produksi tidak digunakan di Nusantara.
Global Engagement Office (GEO) Fisipol UGM Rabu (7/3) mengadakan 3 Public Lecture dengan mendatangkan 3 Guest Lecture dari Queen Mary University of London. Ketiga kelas public lecture mengangkat tema The Road to Nowhere: Social Capital and Eurosceptic Vote oleh Dr. Javier Sajuria; The Populist Challenge to Democracy in Europe and Beyond oleh Dr. Stijn van Kessel dan Why Study Politics oleh Professor Adam Fagan.
Dalam salah satu kelas dengan tema The Road to Nowhere: Social Capital and Eurosceptic Vote, Sajuria menyampaikan materi mengenai Social Capital masyarakat yang mempengaruhi pandangan dan pilihan politik masyarakat. Social Capital sendiri merupakan sebuah komponen sosial kemasyaakatan, berupa jejaring sosial, norma, nilai, agama dan kepercayaan atau pun pandangan politik yang secara komunal diterima masyarakat. Sajuria mencoba melihat peran social capital yang mempengaruhi pilihan politik masyarakat dalam pemungutan suara saat referendum Uni Eropa. Pilihan politik masyarakat ini yang membuat Britania Raya-Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara keluar dari Uni Eropa.
Di zaman seperti ini keahlian berbahasa asing memang sangat dibutuhkan. Tidak hanya untuk melamar beasiswa tetapi juga pekerjaan. Oleh karena itu untuk membantu mengasah keahlihan tersebut, Career Development Center (CDC) Fisipol UGM mengadakan kelas bahasa.
Di awal semester genap tahun ajaran 2018 ini CDC membuka dua kelas bahasa asing yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman. Faila Ilfana selaku capacity of building dari CDC menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mempersiapkan karir ke depan.
Maret di Fisipol dibuka dengan seri One Week One Alumni yang diselenggarakan di Digilib Cafe, Fisipol UGM pada Kamis (1/3). Bertajuk “Aktivisme Zaman Now, Be Ready!”, One Week One Alumni mengundang Mokh.Sobirin yang merupakan alumni Departemen Politik Pemerintahan tahun 2001. Sobirin sendiri merupakan Direktur dari Yayasan Desantara, sebuah non-governmental organization (NGO) yang bergerak di bidang penguatan komunitas, terutama kalangan minoritas dalam hubungannya dengan isu-isu multikultural dan lingkungan.
Keluarga Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (KAPSTRA) FISIPOL menghelat seri diskusi kedua bertajuk Agraria dan Industrialisasi di Selasar Barat (5/3). Diskusi yang mengundang Profesor Susetiawan, Guru Besar Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) dan Arif Novianto, Aktivis Rakyat Kendeng Berdaulat dan Asisten Peneliti MAP UGM ini membicarakan mengenai konflik agraria di Indonesia.
Menurut sejarah, konflik agraria sudah terjadi sebelum kemerdekaan Indonesia selalu berkaitan dengan tiga aktor didalamnya yaitu negara, swasta dan masyarakat. Ketiga aktor tersebut saling berebut untuk mengakuisisi hak atas tanah dan kepemilikannya. Sedikitnya terjadi 450 konflik agraria dari berbagai sektor setiap tahun. Seperti sektor perkebunan, infrastruktur dan properti.
“Indonesia butuh orang yang memiliki jiwa-jiwa entrepreneurship dan berani gagal,” Ungkap Achmad Zaky, CEO Bukalapak.com dalam acara Polgov Talks (2/3). Bertempat di ruang Auditorium lantai 4 Fisipol UGM, acara tersebut mengusung tema Sociopreneurship “Empowering Community Through E-Commerce Innovation.”
Acara Polgov Talks edisi kedua kali ini, hendak mengupas kisah perjuangan Zaky dalam merintis Bukalapak.com. Platform yang mempertemukan penjual dan pembeli secara online ini, dirintis sejak tahun 2010. “Saya bikin bukalapak.com kira-kira tahun 2010 dan sama sekali tidak memiliki syarat sebagai pengusaha,” buka Zaky.
Kontribusi Indonesia untuk mencapai kesejahteraan global dan perdamaian dunia salah satunya diwujudkan dalam bentuk kerjasama internasional. Melalui skema Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) dan Triangular, Indonesia telah ikut berperan akif untuk mencapai percepatan tujuan pembangunan yang berkelanjutan. “Indonesia adalah negara besar, sudah saatnya kita tidak hanya menerima namun juga ikut memberi dan berkontribusi,” ungkap Fikry Cassidy, selaku Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral, Kementrian Luar Negeri sekaligus perwakilan Tim Koordinasi Nasional Kerjasama Selatan-Selatan. Ia merupakan salah satu pembicara dalam “Seminar Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular: Strenghtening Indonesia’s Leadership through South-South and Triangular Cooperation” pada Rabu (28/2).
Ilmu sosial yang berkembang di dunia akademik Indonesia saat ini cenderung ahistoris. Fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat hanya dikaji secara tunggal tanpa melihat perkembangan sejarah yang melatarbelakanginya. Selain ahistoris, ilmu sosial juga terkesan apolitis. Para ilmuwan sejarah seakan melihat permasalahan sosial tanpa mengaitkan kondisi ekonomi-politik yang memicu munculnya peristiwa tersebut. Hal ini seakan menjelaskan adanya segmentasi antara ilmu sosial dan ilmu sejarah. Kondisi inilah yang kemudian melatarbelakangi adanya diskusi publik MAP-Corner Klub MKP yang bertajuk “Ilmu Sejarah & Perkembangan Ilmu-Ilmu Sosial di Indonesia” (27/2).
Film dan generasi muda atau sering disebut sebagai generasi millennials adalah dua komponen yang sulit untuk dipisahkan. Dari sisi konsumen, generasi ini millennials menjadi target terbesar dari industri perfilman. Hal inilah yang diungkapkan oleh Budi Irawan selaku Dosen Komunikasi Fisipol UGM dalam acara Bincang Muda pada 26 Februari lalu. Acara yang mengusung tema “Millennials on Film: Ekspresi, Lifestyle, hingga Ruang Kritik Sosial” ini juga menghadirkan Irfan Darajat selaku anggota Festival Film Dokumenter (FFD) sebagai pembicara.