“Pastinya sangat bersyukur, masih diberikan kesempatan dan peluang di tengah gempuran mahasiswa akhir. Ini mungkin yang terakhir yang bisa saya persembahkan untuk teman-teman UKM Tenis Meja dan UGM, karena memang targetnya tahun ini mau lulus,” ucap Emma, mahasiswa angkatan 2018 itu.
Lebih lanjut, Emma mempersiapkan pertandingan tersebut dengan sangat matang. Meskipun hanya memiliki waktu berlatih kurang dari seminggu, Emma mengaku cukup ngoyo dalam berlatih setiap harinya dengan berkunjung dari klub ke klub untuk bermain tenis meja.
“Itu hanya bermain bola (tenis) tidak dengan latihan fisik, tapi sangat capek dan badan sampai sakit semua. Biasanya tidak pernah latihan sebegitunya, tetapi kalau saya ingin berhasil memang harus berjuang mati-matian meski banyak yang harus dikorbankan,” tuturnya.
Selama menjadi mahasiswa, Emma beberapa kali menjuarai kompetisi tenis meja baik tunggal maupun beregu. Bahkan, bakatnya ini telah membawanya ke pertandingan Internatonal Sports Fiesta di Malaysia pada tahun 2018 dan 2019. Pengalaman tersebut sangat berkesan bagi dirinya karena bisa mewakili UGM di ajang internasional terlebih lagi mendapat juara pertama.
Namun, bagi dirinya prestasi yang terbaru ini juga tak kalah mengharukan karena memiliki cerita tersendiri dibaliknya. Beberapa tahun lalu ketika masih menjadi mahasiswa baru, Emma sempat menjuarai pertandingan tenis meja di UGM. Saat itu pula ia mendapat sebuah harapan dari Pak Gagak –pembina UKM Tenis Meja saat itu yang kini sudah berpulang, yang meyakini dirinya bisa juara tunggal putri setidaknya pada tingkat D.I. Yogyakarta.
“Dari situ lah kemudian saya sangat terpacu untuk bisa membuktikan, padahal dulu belum sempat masuk UKM-nya tetapi beliau sudah harus ‘pulang’. Itu harapan dan semangat terakhir dari Pak Gagak untuk saya, kalau saya itu pasti bisa dan saya akan buktikan,” ungkapnya. (/WP)