Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM), Social Research Center (Sorec) bersama dengan Youth Studies Center (YouSure), dan ketjilbergerak pada Kamis (2/11) menggelar kegiatan bertajuk “Kenduri Keberagaman Fisipol 2017”. Sebuah talkshow bertajuk “Jogja Istimewa, Bhinneka Tanpa Prasangka: Refleksi dan Agenda Aksi” hadir sebagai salah satu mata acara dari kegiatan ini. Dilangsungkan di Selasar Barat Fisipol UGM, talkshow ini mengundang Dr. Muh. Najib Azca, Dr. Hakimul Ikhwan, Dr. Zainal Abidin Baghir, dan Listia sebagai pembicara. Sebelumnya, kegiatan ini didahului oleh Workshop Kampanye Kreatif Keberagaman yang diisi oleh ketjilbergerak yang juga merupakan bagian dari rangkaian acara.
fisipol
Keberagaman menjadi isu penting yang sering dibicarakan orang-orang. Diskriminasi, intimidasi, dan penekanan yang dilakukan oleh pihak satu kepada pihak lain, seringkali menimbulkan keprihatinan dan perhatian. Jogja dengan slogan “Berhati Nyaman” juga tidak terlepas dari masalah keberagaman ini. Perkelahian pelajar, diskriminasi terhadap agama lain, dan penekanan oleh sekelompok orang masih sering ditemui di Jogja. Nyatanya, pertemuan antar kebudayaan tidak selalu menghadirkan rasa toleransi. Melemahnya kohesivitas sosial masyarakat justru riskan terjadi jika dua perbedaan kebudayaan bertemu. Bukan hanya di Jogja, perbedaan juga masih sering menjadi masalah yang dialami masyarakat di berbagai penjuru Indonesia.
Sebagai bagian dari update bilateral hubungan Uni Eropa dengan Indonesia, kuliah umum duta besar kembali digelar oleh Institute of International Studies (IIS) dengan mendatangkan Vincent Guerend, Pimpinan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam. Bertempat di Convention Hall 4 Perpustakaan Mandiri FISIPOL UGM, Rabu, (1/11), kuliah umum membahas implementasi strategi global Uni Eropa (UE) serta dampaknya pada Indonesia. Sebelumnya, IIS juga telah mendatangkan Duta Besar Indonesia untuk Uni Eropa, Belgia, dan Luksemburg, Yuri O. Thamrin dalam acara serupa. Diskusi dimulai dengan sambutan Dr. Paripurna Poerwoko selaku Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, dilanjutkan oleh pemaparan materi mengenai European Union (EU) Global Security Strategy oleh Vincent Guerend.
Buku “Flawed Democracy in the Rent Seekers’ Hands” karya Desi Rahmawati menjadi topik Academic Roundtable Discussion yang diadakan Research Centre for Politics and Government (PolGov) dan Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP), Selasa (31/10). Aktif sebagai peneliti senior di PolGov Fisipol UGM, Desi berhasil mengubah tesis S2-nya menjadi buku yang menceritakan bagaimana masyarakat di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, hidup dalam pemerintahan yang demokrasinya cacat, dipenuhi dengan praktik despotisme oleh pemerintah. Di level akar rumput, blackmail activism lumrah dilakukan oleh para aktivis. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kekayaan dan status sosial. Selama kurang lebih dua jam dan bertempat di lantai 2 Gedung Perpustakaan UGM, acara ini tidak hanya diisi oleh pemaparan penemuan penelitian Desi, tetapi juga kritik dari Willy Purna Samadhi. Pria yang akrab dipanggil Koh Willy ini bertindak sebagai pembedah buku. Audiens pun secara aktif terlibat dalam diskusi.
Dikotomi antara pribumi dan non-pribumi semakin marak dicanangkan oleh berbagai pihak. Keadaan tersebut juga diperparah dengan unsur politik di dalamnya. Dikotomi pribumi dan non-pribumi tentu akan menimbulkan banyak persoalan, salah satunya adalah diskriminasi atas etnis-etnis tertentu. Padahal jika ditelaah lebih jeli dan jernih dalam memandang sejarah, kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil dari perjuangan masyarakatnya, tetapi juga hasil dari solidaritas dari berbagai pihak. Dimana kerjasama tersebut melintasi batas-batas bangsa, etnis, kelas bahkan ideologi.
Salah satu dampak dari adanya revolusi teknologi adalah perubahan-perubahan pola kerja di dalam masyarakat. Banyak media yang meramalkan bahwa kehadiran teknologi akan menggeser beberapa pekerjaan dan memunculkan variasi pekerjaan baru. Namun, pergeseran ini tidak lantas merubah masalah-masalah yang terjadi di dalam dunia kerja, seperti upah rendah, kekerasan seksual di tempat kerja, dan hak-hak yang tidak terpenuhi.
Melalui acara Bincang Muda yang bertajuk “Overworked and Underpaid: Telaah Kritis Hak-Hak Dasar Pekerja Muda” Youth Studies Center (Yousure) Fisipol UGM mencoba membedah persoalan tersebut. Diskusi yang dilaksanakan pada 30 Oktober lalu ini menghadirkan Bayu dari Persaudaraan Pekerja Anarko-Sindikalis (PPAS) dan Andreas Budi (AB) Widyanta selaku dosen Sosiologi UGM.
Selasar Barat Fisipol lagi-lagi menjadi saksi kemeriahan dari acara Dies Natalis ke-60 Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK). Setelah banyak rangkaian kegiatan dilaksanakan, malam minggu kemarin menjadi ajang bagi alumni departemen PSdK atau yang dulunya bernama Sosiatri untuk kembali bernostalgia. Tema besar Dies Natalis PSdK kali ini ialah Harmonisasi untuk Pembangunan yang berkeadilan. Sedangkan untuk tema dari Temu Alumni yang diselenggarakan pada Sabtu, 28 Oktober 2017 ialah “Dari Kita Untuk Kita”.
Workshop Candradimuka sebagai salah satu rangkaian dari kegiatan Ajisaka digelar pada Sabtu, (28/10) di Gedung BA 101, Fisipol. Workshop ini disponsori oleh Dentsu Aegis Network, dengan tema “Hybrid Marketing Communication”, yang dihadiri oleh Janoe Arijanto (CEO Dentsu One), Wisnu Satya Putra (Head of Isobar Indonesia), dan Raymond (Creative Director Dentsu Digital Division) sebagai pembicara dengan materi yang berbeda-beda. Peserta acara tersebut ialah finalis Ajisaka, dan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Salah satu materi yang dibahas dalam workshop ini adalah “Digital Transformation and Social Campaign” oleh Wisnu Satya Putra. Dalam kesempatan tersebut Wisnu menjelaskan bagaimana teknologi digital menjadi basis dan mengubah kehidupan saat ini. “Ngomongin digital nggak akan ada habisnya, meskipun dalam waktu satu minggu. Dunia digital sama halnya dengan welcoming new changes yang ada di seluruh dunia.” Tuturnya.
Institute of International Studies (IIS) kembali mengadakan diskusi bulanan yang bertajuk “Religious Populism in the United States and Indonesia” (27/10). Diskusi kali ini mengundang Robert W. Hefner (Direktur Institute on Culture, Religion, and World affairs, Boston University) sebagai pembicara utama.
Penyebaran gerakan populis menjadi isu yang ramai diperbincangkan. Kemenangan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat merupakan pertanda meningkatnya gerakan populisme di negara Barat yang berpijak pada kebencian terhadap kaum imigran dan komunitas islam. Di Indonesia, populisme ini ditandai dengan adanya gerakan Aksi Bela Islam yang menuntut pemenjaraan mantan Gubernur DKI Jakarta, Ahok, atas tuduhan penistaan agama.
Ajisaka sebagai ajang kompetisi komunikasi mahasiswa tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Komunikasi (KOMAKO), berakhir pada Sabtu (28/10). Rangkaian kegiatan yang dimulai sejak Bulan Agustus, ditutup dengan malam penghargaan. Bertempat di The Heritage Place-Eastparc Hotel, Malam Penghargaan Ajisaka digelar dengan mengangkat tema “The Warmth of Jogja”. Sebagai acara puncak, awarding ditujukan untuk mengumumkan dan memberi penghargaan kepada para finalis yang berhasil menjadi juara dalam 4 jenis kompetisi (Arjuna, Kresna, Prahasta, dan Sadewa). Jika ditotal, terdapat 17 penghargaan diberikan kepada para juara baik tim/individu.