Nigeria, dekade 1990an, menjadi latar belakang perang antara dua kelompok milisi yang mewakili dua agama mayoritas di Nigeria. Tersebutlah Pastor James Wuye, dari agama Kristen dan Imam Muhammad Ashafa dari agama Islam yang kemudian menjadi pemimpin masing-masing kubu. Di awal perang, kebencian dan amarah menjadi fitur utama dari keduanya. Sang lawan selalu dianggap sebagai seseorang yang bersalah karena telah membunuh sesama dari dalam komunitas masing-masing.
Pastor James bahkan mengungkapkan bahwa kebenciannya terhadap oarang-orang Muslim kala itu tidak terbatas, “Tidak ada yang Muslim yang mengesankanku. Apapun yang dilakukannya.” Hingga akhirnya, kedua tokoh ini mendapatkan pencerahan untuk memaafkan melalui momentumnya sendiri-sendiri. Mereka lantas dipertemukan dalam suatu kesempatan yang tidak disengaja. Singkat cerita, mereka kemudian saling memaafkan dan memulai misi untuk mengatasi konflik agama dan etnis yang terjadi di Nigeria melalui sebuah badan bernama Interfaith Mediation Center. Melalui berbagai usahanya untuk mengembangkan bina-damai dan tata kelola pemerintahan yang inklusif, mereka didaulat sebagai tokoh agama yang berjasa dalam pengentasan konflik agama di Nigeria bahkan Afrika. Scene terakhir menunjukkan betapa lekatnya mereka berdua, bahwasanya dengan saling memaafkan dan percaya, mereka bisa menjadi teman yang saling berdamai, meskipun perbedaan adalah sebuah keniscayaan.