Pentas teater pra-lakon berjudul Masihkah ada cinta d(ar)i Kampus Biru oleh Teater Gadjah Mada yang sedianya akan digelar pada Sabtu (12/12) di Hall Selasar Barat Gedung FISIPOL malam tak jadi terlaksana. Pentas pra-lakon yang merupakan salah satu bagian dari rangkain acara dari Dies Natalis FISIPOL 60 ini awalnya akan dimainkan sesuai rencana namun karena melihat banyaknya protes dan tekanan dari berbagai pihak diurungkan untuk dipentaskan. Akhirnya, sebagai bentuk protes Teater Gadjah Mada dengan bantuan para penonton melakukan aksi pembongkaran panggung.
fisipolugm
Ditulis oleh Satria Aji imawan
Agenda reformasi birokrasi sering kali berjalan di tempat. Padahal birokrasi bukanlah perangkat yang statis melainkan dinamis menyesuaikan diri terkait dengan tantangan jaman. Kita tahu bahwa birokrasi pada masa tradisional dan kolonial memiliki perbedaan corak kerja dengan birokrasi pada masa Indonesia modern (Agung, A. A. G. P. (2001). Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial. Pustaka Pelajar). Oleh karenanya, birokrasi harus berubah tidak hanya pada tataran sistem, tetapi juga pada tataran individu. Persoalannya, apakah perubahan manajemen pemerintahan sekarang ini membuka ruang bagi birokrasi untuk memperbaiki dirinya?
Senin (7/12) siang, Center for Digital Society (CfDS) menyelenggarakan diskusi dengan tema 90˚ Digitalk. Diskusi yang bertempat di Ruang Sidang Dekanat, Gedung BB Lantai 2 ini terbagi dalam dua sesi diskusi panel dan dalam tiap panel diskusi menghadirkan satu presenter atau narasumber.
Diskusi pada sesi pertama yang bertajuk Open Data: Perbandingan di Beberapa Negara di sampaikan oleh Dr. Kuskridho Ambardi (Dosen Ilmu Komunikasi dan Direktur Lembaga Survei Indonesia). Dalam presentasinya ia memaparkan bahwa penggunaan open data di dunia saat ini mulai berkembang dan telah menjadi tren serta kebutuhan dunia. Dalam hal ini, pengertian data di sini bisa merujuk pada data set atau data apapun dengan beragam jenis ekstensi (format). Open data sendiri merupakan data yang bisa secara bebas digunakan, diolah dan kemudian diredistribusikan tanpa melupakan attribusi dari si pembuat data.
Setelah selesai menggelar rangkaian workshop dan mini talkshow pada hari pertama, kegiatan Ajang Insan Kreativitas Mahasiswa (AJISAKA) dilanjutkan dengan kegiatan seminar kreatif pada Sabtu (21/11) pagi di Grha Sabha Pramana Lantai 1. Seminar tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan AJISAKA yang digelar oleh Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIPOL UGM. AJISAKA merupakan kompetisi tahunan yang diadakan oleh Jurusan Ilmu Komunikasi sejak 2012 bagi insan komunikasi di Indonesia. Kompetisi yang diadakan ada empat yakni, foto seri, sinema, iklan (pariwara) dan humas.
Hari Rabu (18/11) siang, setelah melalui acara wisuda oleh pihak Universitas Gadjah Mada yang bertempat di Grha Sabha Pramana, para wisudawan dan wisudawati Fakultas Ilmu Sosial dan Politik kembali melanjutkan pada acara Pelepasan Wisuda Fakultas Periode I 2015/2016. Acara yang bertempat di Selasar Barat FISIPOL ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh pihak Fakultas sebagai bagian dari rangkaian acara wisuda untuk mengembalikan para lulusan kepada orang tua atau wali mahasiswa. Selain itu, acara ini bertujuan untuk memberikan penghargaan bagi mahasiswa yang lulus dan berhasil mencapai gelar sarjana.
Pada beberapa tahun ini perhatian Pemerintah Indonesia mulai ditujukan pada daerah-daerah pinggiran dan terluar Indonesia. Alasannya sederhana, masa depan Indonesia ada di daerah-daerah tersebut. Apalagi, mengingat akhir tahun ini Indonesia sudah memasuki pada era Masyarakat ASEAN persiapan harus sudah matang terutama daerah-daerah pinggiran dan terluar. Dalam hal ini, perlunya melihat kesiapan Indonesia secara nasional dan daerah secara khusus dalam menyongsong hadirnya Masyarakat ASEAN pada akhir 2015. Lebih jauh, penting juga mengkritisi apa saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk merespon hal ini. Selanjutmya selain menjadi peluang bagi kemajuan Indonesia, sebaliknya Masyarakat ASEAN bisa menjadi hambatan bagi jika tidak dikelola dengan baik.
Keluarga Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM akan menyelenggrakan rangkaian acara akademis Public Action 2015. Bertema ‘Peran Daerah dalam Menghadapi ASEAN Community’ , acara ini akan dilaksanakan 5-7 November, di lingkungan Kampus UGM.
Public Action 2015 merupakan serangkaian acara yang diawali dengan agenda Call for Paper yang dibuka untuk mahasiswa dari Jurusan Sosio Humaniora seluruh Indonesia. Agenda ini dibuka sejak awal bulan September 2015 dengan ketentuan seluruh peserta yang mengirimkan paper akan menjadi delegasi dan mengikuti rangkaian acara konferensi Public Action 2015 pada tanggal 5-7 November 2015 di Yogyakarta.
Kunjungan Fitriani Kembar, CEO Dreamdelion Yogyakarta ke Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman dua tahun lalu membawa kesan tersendiri bagi mahasiswa Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM ini.
Fitri, panggilan akrabnya, menceritakan bahwa di Desa Sumberarum mayoritas ibu-ibunya yang usianya tidak lagi muda menekuni usaha menenun. Namun sayangnya, taraf kehidupan mereka masih di bawah garis kemiskinan. Sekitar 370 orang yang menggantungkan hidupnya lewat kegiatan menenun.
Selasa (27/10) sore, diskusi oleh Magister Administrasi Publik (MAP) Corner-Club kembali digelar. Diskusi rutin diadakan setiap minggu di pojok lobby MAP UGM. Kali ini, diskusi bertajuk RPP Pengupahan & Buruh Murah. Topik ini dipilih menanggapi isu Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pengupahan tenaga kerja yang menuai kontra dari kalangan tenaga kerja itu sendiri. Pada hari yang sama, sebelum diskusi terlaksana, rupanya RPP telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
Pengelolaan Minyak Bumi dan Gas (MIGAS) di Indonesia acapkali menimbulkan polemik. Pengelolaan isu MIGAS juga memiliki kecenderungan lebih banyak dibahas dalam kerangka efisiensi rantai produksi, rantai perdagangan dan kenyamanan investasi. Padahal perlunya kejelasan dan kesepakatan tata kelola tidak melulu soal hal itu. Dalam hal ini pengelolaan MIGAS harus efisien, adil dan ditujukan untuk kemakmuran rakyat. Di sisi yang lain isu MIGAS juga seringkali terkendala dengan kentalnya nuasa elitis dalam pengelolaanya. Karena vitalnya isu MIGAS ini bagi Indonesia, perlunya mendorong reformasi tata kelola agar dan sesuai dengan tujuan semula sesuai dengan amanah Pasal 33 UUD 1945.