Meski masih menyisakan perdebatan, setiap tanggal 21 April berbagai kalangan memperingati hari itu sebagai “Hari Kartini”. Momentum itu digunakan untuk mengenang jasa-jasa RA Kartini dalam mengembangkan emansipasi kaum perempuan.
Sari, mahasiswa FIS UNY, misalnya, mempertanyakan mengapa hanya ada Hari Kartini, padahal banyak perempuan lain yang juga berjasa untuk bangsa ini, seperti Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu, Dewi Sartika, dan sebagainya. Terlepas dari kontroversi itu, ritual tahunan peringatan hari Kartini bagi sebagian mahasiswa, tetaplah penting sebagai momentum peringatan menghilangkan diskriminasi bagi kaum perempuan. Hanya saja, cara memperingati hari Kartini itu perlu ditekankan pada substansinya. Memakai baju adat dan berkeliling kampung memang atrasi yang menarik, namun sebaiknya diimbangi pula penamaman makna dari Hari Kartini itu sendiri.