Yogyakarta, 19 Mei 2025─Dalam dunia yang tengah menghadapi krisis iklim akut, pendanaan iklim seharusnya menjadi wujud solidaritas global—bukan alat baru untuk menjerat negara-negara berkembang dalam utang. Sayangnya, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.
Alih-alih memberikan bantuan tanpa syarat, sebagian besar skema pendanaan iklim justru hadir dalam bentuk utang berbunga yang dikemas rapi dalam istilah “green finance”. Negara-negara berkembang, yang notabene paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, malah dibebani oleh mekanisme pasar yang menyamar sebagai solusi. Ketimpangan ini menggambarkan wajah lain dari krisis global: eksploitasi berbasis logika ekonomi neoliberal.