Sejak ditetapkannya Undang-Undang (UU) Nomor 19 tahun 1950, pemerintah pusat telah mengesahkan Yogyakarta sebagai daerah istimewa. Dengan keistimewaannya ini tentu Yogyakarta mendapat beberapa keuntungan, salah satunya adalah dana istimewa yang didapatkan setiap tahun. Namun, dengan keistimewaanya ini tidak lantas membawa Yogyakarta pada kondisi yang makmur. Seperti yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 bahwa ketimpangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada pada angka 0,43 melebihi angka ketimpangan nasional. Padahal di tahun yang sama, DIY mendapat kucuran dana istimewa sebesar Rp 853,90 miliar, lebih besar dari tahun 2016 yang hanya 547,45 miliar.
ugm
Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke 60, Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) mengadakan serangkaian acara. Salah satunya adalah pameran yang beratujuk “Community Development (ComDev) Expo”. Dengan mengusung tema besar Harmonisasi Untuk Pembangunan Sosial yang Berkeadilan, pameran ini menghadirkan kurang lebih 40 sampai 42 kelompok dampingan, mulai dari berbasis komunitas hingga Unit Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).
Pembukaan pameran pada Selasa, 24 Oktober ini ditandai dengan pemotongan pita oleh Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Erwan.Agus Purwanto, M.Si. Selain itu juga sambutan dari Dr. Krisdyatmiko, M.Si., selaku ketua Departemen PSdK dan Didik Susilo selaku Asset 4 General Manager PT. Pertamina sebagai mitra utama acara ini.
Korps Mahasiswa Politik Pemerintahan (KOMAP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM), menggelar talkshow bertajuk “Digitalizing Nationality: Dinamika Digitalisasi Indonesia” sebagai bagian dari rangkaian gelaran tahunan, Polgov Days 2017. Kegiatan ini mengundang Direktur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) Agus Susanto, bersama Prof. Dr. Henri Subiakto, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dan Direktur PT Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, Ph.D menjadi pembicara.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memperkirakan pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 ini mencapai 132,7 juta orang. Angka tersebut terhitung cukup tinggi jika disandingkan dengan jumlah populasi Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa. Artinya, dapat disimpulkan bahwa separuh dari populasi penduduk Indonesia sudah melek teknologi. Kedepannya, tidak bisa dipungkiri, setiap penduduk Indonesia bahkan dunia akan terhubung dengan jaringan internet. Hal ini didasari atas revolusi teknologi yang begitu cepat merambah hampir seluruh kehidupan manusia. Keadaan ini tentu akan membawa perubahan yang besar di dalam tatanan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan mitigasi resiko dan tata kelola yang tepat guna mencegah perubahan ke arah negatif.
Tidak bisa dipungkiri, kini perkembangan teknologi telah masuk di setiap sektor kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah kemunculan konsep smart city sebagai bentuk penetrasi teknologi terhadap tata kelola suatu daerah. Di Indonesia sendiri penerapan konsep smart city sudah mulai populer di kalangan pemangku kebijakan daerah.
Dari fenomena tersebut, Keluarga Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM bekerjasama dengan Bank Indonesia mempersembahkan Seminar Nasional yang bertajuk “Smart City for Smart Indonesia”. Kesempatan kali ini menghadirkan Ir. Gunawan, M.A dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) dan Dadi Budaeri, S.E. Ak. selaku Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangerang sebagai pembicara. Selain itu, diskusi kali ini juga dihadiri oleh Managing Director Center for Digital Society UGM, Dr. Dedy Permadi.
Geotermal merupakan energi yang memanfaatkan panas bumi yang menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin, sehingga menghasilkan listrik. Energi ini merupakan energi yang bersih, sustainable, serta ramah lingkungan karena di dalamnya memuat proses penanaman pohon untuk menghasilkan air yang digunakan sebagai bahan baku energi geotermal. Dalam sebuah perusahaan yang mengelola energi geotermal, aktivitas yang dilakukan tidak hanya berkaitan dengan proses menghasilkan dan mengolah energi, tetapi juga program-program corporate social responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan bagi masyarakat sekitar. Dalam Acara One Week One Alumni, Kamis (19/10), Adi Rahmadi, alumni Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) tahun 2008 menceritakan pengalamannya dalam mengelola program CSR di PT. Pertamina Geothermal Energi (PGE) Kamojang, Bandung. Acara ini diselenggarakan di Ruang BA 207 dan dihadiri oleh mahasiswa yang mayoritas berasal dari Departemen PSdK.
Lajunya arus urbanisasi yang tinggi memberi dampak tersendiri bagi kawasan perkotaan. Pada tahun 2050 misalnya, diproyeksikan sebanyak 66 persen populasi manusia akan tinggal di perkotaan. Hal ini selain memberikan peluang namun juga celah munculnya permasalahan, seperti permasalahan pemukiman, pelayanan sosial yang kurang memadai, hingga permasalahan kesehatan. Dalam menghadapi permasalahan yang timbul tersebut, smart city hadir sebagai sebuah konsep yang menjanjikan bagi kawasan perkotaan. Smart city merupakan sebuah konsep dimana sebuah kota dapat secara efektif dan efisien mengelola sumber dayanya, baik sumber daya alam maupun manusia, guna membentuk tata kota yang memiliki kelayakan huni tinggi, nyaman, dan menerapkan aspek pembangunan berkelanjutan. Satu hal yang menarik dari konsep ini adalah penggunaan teknologi sebagai basis penunjang dari penerapan smart city.
Career Development Center (CDC) kembali menggelar Fisipol Talk bertajuk “How to be A Film Analyst” pada 19 Oktober lalu. Pada kesempatan kali ini menghadirkan Dr. Novi Kurnia, M.Si, M.A., Ph.D selaku dosen Ilmu Komunikasi sebagai pembicara. Selain menjadi dosen, Novi juga aktif sebagai pengkaji film.
Dalam pemaparan awalnya, Novi mengungkapkan bahwa hobi menonton film bisa dijadikan profesi yang menguntungkan. “Joko Anwar memulai karirnya sebagai sutradara film dengan menjadi kritikus film di Jakarta Post. Sebelumnya dia doyan banget nonton film. Mas Riri Reza itu dulunya dia anak dari pemutar film di Departemen Penerangan yang pakai proyeksi office dan dia selalu ikut bapaknya jadi terbiasa nonton film,” ungkapnya. Ada banyak profesi yang bisa dijalani bagi yang hobi menonton film, diantaranya adalah penyunting film, kritikus film, pengkaji film, penulis skenario film, penyunting film, dan banyak lagi. Namun di kesempatan kali ini, Novi hanya memfokuskan pada dua profesi yaitu kritikus dan pengkaji film.
Pada usia 42 tahun, ia memutuskan untuk banting stir dari dunia jurnalistik dan memilih menjadi seorang pebisnis. Padahal, kariernya sebagai wartawan selama 23 tahun telah menghasilkan track record yang membanggakan. Ia pernah mendapatkan penghargaan sebagai presenter terfavorit nomer 1 di Indonesia, menjadi pemimpin redaksi termuda, mewawancarai orang penting dari berbagai negara, dan banyak prestasi lainnya. Namun, karena ia memiliki visi untuk menjadikan generasi muda Indonesia sebagai pekerja yang kompeten, ia memutuskan untuk mendirikan usaha bernama IDTalent.
Bonus demografi saat ini menjadi salah satu topik perbincangan paling hangat di Indonesia. Betapa tidak, Indonesia digadang-gadang akan mengalami momentum bonus demografi, yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan signifikan jumlah usia produktif (15 – 64 tahun), pada tahun 2020 – 2030. Hal ini tentu bisa menjadi peluang tersendiri bagi pembangunan Indonesia, namun bila tidak ditangani dengan baik dapat berubah menjadi ancaman. Sinergi yang terjalin dengan baik antar-stakeholder kemudian dapat menjadi salah satu kunci dalam mengubah potensi ancaman menjadi peluang bonus demografi. Lebih lanjut pemuda sebagai bagian dari angkatan produktif merupakan aktor penting, dimana pemuda menjadi sasaran utama dalam isu bonus demografi.