Pada tanggal 22 November 2014 kemarin, tiga orang mahasiswa Jurusan Politik Pemerintahan (JPP) yaitu Tasha Nastiti Waris (JPP 2011), Bastian Widyatama (JPP 2011), dan Nuzula Ichwanun Nabila (JPP 2011) bertandang ke Jepang untuk mempersentasikan hasil penelitian mereka dalam acara 7th Thailand-Japan International Academic Conference 2014 di Tokyo, Jepang. Karya yang bertajuk “The Role of Social Capital in Enriching Democracy: The Case of the Warga Berdaya Movement in Yogyakarta” ini mendapat apresiasi besar dari kalangan masyarakat internasional. Uniknya, konferensi ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa program sarjana saja tetapi juga diikuti oleh kalangan master, doctoral hingga peneliti professional.
ugm
Pk 08.00 WIB Rabu (3/12) kemarin, berbagai mahasiswa hadir dalam seminar public terkait salah satu kebijakan pemerintah yakni “Kartu Sakti Jokowi” bertempat di Ruang Seminar Timur. Tampak mahasiswa dari berbagai universitas seperti UMY, IAIN Kalijaga, Mercu Buana dan Universitas Sebelas Maret hadir dalam seminar yang diinisiasi oleh himpunan mahasiswa pasca sarjana Program PSDK tersebut.
Acara ini bertujuan untuk mengajak semua kalangan untuk menyoroti dan mengkritisi secara lebih mendalam mengenai kebijakan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Dengan dimoderatori oleh Suparlan, acara ini menghadirkan tiga orang narasumber ternama diantaranya Dr. Bambang Praswanto, M.Sc (Ketua DPD PDIP Yogyakarta), AB. Widyatma, M.A (peneliti dari PSPK UGM) dan Dr. Hempri Suyatna, M.Si (dosen senior dilingkup Jurusan PSdK).
Masih dalam rangkaian Dies Natalis Fisipol ke-59, Dewan Mahasiswa (DEMA) menyelenggaraakan penulisan Jurnal Mahasiswa tahun kedua hari Kamis (27/11) lalu. Kegiatan tersebut tidak hanya diikuti oleh internal mahasiswa Fisipol saja. Tampak berbagai warna jas almamater delegasi Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Brawijaya hingga Universitas Cendrawasih memenuhi ruangan sejak pagi. Acara semakin semarak dengan penampilan Tarian Pesona Nusantara dari mahasiswa jurusan MKP. Turut hadir pula ditengah- tengah acara, dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu POlitik UGM, Dr. Erwan Agus Purwanto.
Sejak Pk 10.00 WIB, puluhan mahasiswa Fisipol riuh di Hall Selasar Barat. Mereka mendirikan booth-booth kebudayaan dalam acara Pameran Kebudayaan Asia Timur pada Kamis (27/11) kemarin. Pameran yang diadakan oleh Center of East Asian Research and Studies (CEARS) ini khusus menghadirkan pameran tiga nagara Asia Timur yakni Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara.
Dalam rangkaian acara yang berlangsung selama 6 jam tersebut, pengunjung tak hanya mendapat kesempatan bertanya lebih jauh mengenai budaya, politik dan kesenian di booth yang tersedia. Mereka juga bisa berfoto dengan mengenakan pakaian yukata atau hanbok sekaligus menikmati kuliner khas Asia Timur seperti tteopoki, korean spicy chicken wings dan dimsum. Tak ketinggalan di pertengahan acara, unit AIESEC juga membuka sesi sharing pengalaman mereka mengikuti student exchange untuk memotivasi rekan mahasiswa. Oprc.
Sejak Pk 15.00 WIB hari Rabu (26/11) kemarin sejumlah mahasiswa dan peneliti di lingkup Fisipol menunggu diskusi umum yang diselenggaran oleh Institute of International Studies (IIS). Acara tesrebut tidak hanya diikuti oleh mahasiswa regular saja melainkan mahasiswa asingpun turut hadir dalam diskusi “The Politics of Protection Rackets: Preman, Political Entrepreneur and Electoral Democracy”. Diskusi ini dipaparkan oleh Dr. Ian Wilson, salah seorang peneliti di bidang Asian Studies and Security, Universitas Murdoch.
Puluhan peserta tengah hadir untuk mengikuti diskusi yang diselenggarakan oleh Jurusan Politik dan Pemerintahan (JPP). Bukan hanya mahasiswa program sarjana tetapi juga mahasiswa pascasarjana dan mahasiswa doctoral serta tim peneliti dari Spanyol hadir pada acara Rabu (26/11) kemarin. Turut hadir pula di tengah acara Prof. Purwo Santoso, ketua jurusan sekaligus guru besar di Jurusan Politik dan Pemerintahan serta Rogrido de la Vina, Kepala Deputi dari Kedutaan Besar Spanyol.
Pada kesempatan ini, Dr. Joas Ricart, seorang peneliti dari Spanyol yang menulis buku berkaitan dengan perbedaan partai politik antara Indonesia dan Spanyol memaparkan kajiannya secara mendalam. Kemudian dilanjukan dengan pemaparan dari Dr. rer. pol Mada Sukmajati, dosen senior di Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan, masih dalam topik yang sama. Keduanya memberikan gambaran partai politik dewasa ini dan banyaknya power abuse yang tengah terjadi.
Ditulis Oleh Janianton Damanik
Guru Besar Jurusan PSDK FISIPOL UGM
Publik sering memandang panti sosial (PS) sebelah mata. Ada kesan yang dibuat seolah PS tempat anak dan lansia yang terbuang akibat satu atau hal lain. Sebutan populer yang dilekatkan kepada mereka adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Karena itu, PS identik kumpulan orang bermasalah.
Pandangan ini ada benarnya, meski caranya tidak utuh. PS adalah unit layanan di garis terdepan untuk penanganan masalah sosial. Negara dan masyarakat sipil menghadirkannya untuk merespon malsah sosial yang terus menumpuk. Lebih dari sekedar panti, PS bahkan berfungsi sebagai ‘rumah sakit sosial’ yang menjadi tumpuan untuk menyembuhkan penderita masalah sosial.
Yogya, Tribun – Pengetahuan dan pendidikan politik tak melulu bisa dilakukan dalam bentuk forum formal atau seminar. Pentas seni dengan sejumlah hiburan kreatif pun ternyata bisa menjadi media penyampaian edukasi politik tersebut pada masyarakat umum, mahasiswa hingga pelajar.
Hal itulah yang dilakukan mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisip UGM, melalui kegiatan Artspiration#6 2014. Dengan mengusung tema ‘Move on Indonesiaku’ , pentas seni yang digelar dengan konsep kreatif, digelar di lapangan kampus setempat, Jumat (21/11) malam.
Yogya, Tribun – Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mendorong agar porsi penerimaan mahasiswa baru jalur undangan di kampus itu dapat ditingkatkan.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Gadjah Mada (UGM ) Yogyakarta, Sofian Effendi mengatakan, porsi jalur undangan itu diharapkan lebih menampung lulusan SLTA asal Indoesia Timur dan Barat secara maksimal.
“Jadi yang tadinya (jalur undangan) 50 persen, kami harapkan tahun depan bisa ditingkatkan lagi,” kata Sofian, Sabtu (22/11).
Oleh Derajad Widhyharto
Sosiolog UGM
Membuat cafe bukanlah hal murah dan mudah, mengelola cafe juga tidak sekedar berbekal setumpuk uang tapi juga jaringan. Di Yogyakarta pertumbuhan bisnis cafe tersebut mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan predikat kota besar, kota pendidikan dan kota tujuan wisata. Hampir sebagian besar ruas jalan di pusat kota, maupun pinggir kota pasti menyisakan ruang untuk bisnis cafe ini. Perkembangan ini berkorelasi dengan jumlah pendatang yang masuk ke Yogya, mereka bukan berasal dari desa melainkan dari kota besar yang datang untuk berwisata, sekolah dan bekerja. Mereka butuh bersantai dan melepas penat setelah berwisata, sekolah/kuliah maupun bekerja. Merespn hal di atas cafe tumbuh sebagai ruang “baru” dan kamu mudalah yang menjadi konsumen terbesarnya.