Yogyakarta, 21 Februari 2023─Tim mahasiswa ilmu komunikasi berhasil meraih juara tiga tingkat nasional pada ajang Advertising Week Festival (AWF) 2023 yang digelar oleh Universitas Indonesia, Jakarta. Tim yang beranggotakan Aunur Ikmal, Carina Aditya Wijaya, dan R.A Aishalda tersebut menjadi finalis dalam kategori lomba video iklan digital campaign yang telah dilaksanakan sejak 20 Januari hingga 17 Februari 2023.
Secara umum, kompetisi periklanan tersebut meminta pesertanya untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan melalui digital campaign berupa video. “Awalnya kita diberikan produk fiktif dan brief challenge-nya dengan ketentuan-ketentuan, dan kita disuruh mengedukasi audiens melalui video. Berawal dari situ, kita breakdown masalahnya untuk dihasilkan menjadi campaign,” ucap Ikmal. Produk fiktif yang dimaksud adalah produk kecantikan berupa sunscreen, di mana Ikmal dan tim berusaha memberikan edukasi terkait pentingnya menggunakan sunscreen baik bagi wanita maupun pria.
“Kita mulai cari ide itu tanggal 8 Februari. Pertama, kita kita berusaha cari akar permasalahan dari produk itu. Isunya kan tentang stigma cewe-cewe yang pakai skincare. Kita menekankan bahwa semua orang itu butuh untuk merawat diri, nggak cuma cewek aja,” ungkap Alda. Mereka mengaku mendapatkan ide tersebut berdasarkan data dan pengamatan pada lingkungan sekitar.
Proses produksi video kampanye tersebut hanya selama satu hari, tapi proses brainstorming dan perancangan videonya itulah yang memakan waktu cukup lama. Mereka membagi kerja berdasarkan media sosial yang ditentukan, yaitu Instagram, YouTube, dan TikTok. Selebihnya, mereka mengaku mendapat dukungan yang sangat membantu dari teman-teman kampus. “Menurut kami, jangka waktu antar satu tahap dengan tahap lainnya itu sangat singkat. Mulai dari pembentukan tema, masalah, sampai waktu eksekusi video itu kami hanya diberikan waktu masing-masing tiga hari. Jadi itulah kenapa dukungan dari teman-teman juga berarti banget,” tutur Ikmal.
Meskipun karya mereka telah meraih juara tiga, menurut mereka sendiri masih banyak hal-hal yang perlu ditingkatkan dari karya tersebut. “Kalau menurut komentar juri waktu pitch deck, proyek kita itu masih terlalu sederhana dan belum mendetail. Pesan edukasi harusnya bisa disampaikan lebih komprehensif dan kompleks. Tapi mungkin karena keterbatasan waktu dan alat, kita belum bisa maksimal,” ucap Carina. Seluruh proses produksi yang mereka lakukan mulai tahap penyisihan sampai berangkat ke Jakarta dilakukan secara mandiri. Bahkan, pembuatan video tersebut justru hanya menggunakan smartphone, bukan kamera.
Keberhasilan Carina dan tim membuktikan bahwa selama ada tekad, maka selalu akan ada hasil dari usaha yang dilakukan. Mereka juga berpesan bahwa melakukan proses pembelajaran tidak hanya seputar materi di kelas, namun mendapatkan berbagai pengalaman di luar sana jauh lebih berharga. (/tsy)