Belajar di Belanda, Kenapa Tidak?  

Yogyakarta, 19 September 2018—Global Engagement Office (GEO) FISIPOL baru saja menyelenggarakan sesi sosialisasi beasiswa untuk program S2 yang bertempat di Ruang BH 301. Acara ini diselenggarakan atas kerja sama  dengan Nuffic Neso. Nuffic Neso sendiri merupakan organisasi non-profit yang bekerja sama dengan Belanda untuk mempromosikan pendidikan tinggi di Belanda dengan memberikan beasiswa. Pada pukul 10.00 WIB, acara dibuka oleh Amalia yang kemudian memperkenalkan pembicara untuk sesi sosialisasi beasiswa kali ini. Pembicara utama ialah Inty Dienasari selaku Coordinator of Education Promotion dari pihak Nuffic Neso. Dalam kesempatan kali ini, Inty ditemani oleh dua tamu lainnya yaitu Prof. Roel van der Veen dan Dr. Margareet van Till yang nantinya akan berbagi sedikit tips tentang bagaimana melanjutkan studi di Belanda.

Inty mengawali sesi pemaparannya dengan slide presentasi yang berjudul “Why Holland?”.Dalam sesi ini, Inty menjelaskan beberapa hal yang dapat dijadikan alasan dan sekaligus keuntungan yang dapat diperoleh dari melanjutkan studi di Belanda. Alasan utama yang dijelaskan adalah tingginya penggunaan Bahasa Inggris di Belanda.

“80% percakapan sehari-hari di Belanda itu menggunakan Bahasa Inggris,” ujarnya. Dengan begitu, pelajar yang ingin melanjutkan studi disana tidak diharuskan untuk fasih dalam Bahasa Belanda. Hal tesebut juga memudahkan mereka untuk beradaptasi di lingkungan yang baru. Selain itu, Belanda memiliki akreditasi yang sama rata dan sama baiknya antar universitas. Dikatakan bahwa tidak ada universitas yang lebih baik atau lebih buruk di sana karena semuanya setara. Sedangkan dari segi biaya hidup, Inty menjelaskan bahwa Belanda terbilang cukup murah apabila dibandingan dengan negara Eropa lainnya. Pelajar juga diperbolehkan untuk mengambil kerja paruh waktu selama 16 jam per minggu di sana.

Meskipun kesempatan terbuka lebar bagi para pelajar, namun sayangnya banyak pelajar Indonesia yang gagal lolos untuk memperoleh beasiswa. Inty menjelaskan bahwa hal yang sering menjadi penyebab gagalnya pelajar Indonesia untuk memperoleh beasiswa adalah tingkat kemampuan Bahasa Inggris. Beberapa universitas menetapkan standar IELTS 6,5-7 dan disitulah titik dimana banyak pelajar Indonesia yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, Motivation Statement juga menjadi salah satu syarat penting yang diperhitungkan. “Yang terpenting adalah motivasi mu cocok dengan program yang mereka tawarkan,” begitu kata Inty saat menjelaskan tips mengenai hal tersebut.

Setelah itu, Inty juga menjelaskan langkah apa saja yang harus dipersiapkan untuk mendaftar beasiswa di Belanda. Menurutnya, hal utama yang harus dipersiapkan adalah jaminan bahwa kita sudah diterima di universitas yang bersangkutan. Dikatakan bahwa beasiswa tidak akan bisa diberikan apabila pelajar belum dinyatakan lolos seleksi masuk universitas terkait. Selain itu, Dr. Margareet juga mengatakan bahwa yang diperlukan adalah kemampuan Bahasa Inggris yang unggul. Hal yang sama juga turut dikatakan oleh Prof. Roel.

“Kemampuan tersebut sangatlah diperlukan karena ilmu yang kita dapat tidak akan berarti apabila kita tidak memiliki kemampuan untuk menyampaikannya dengan cara yang baik dan bisa dipahami oleh orang lain. Selain itu, penting juga memiliki pemikiran kritis dalam fokus pendidikan di Belanda,” ujar Prof. Roel.

Acara kemudian dilanjutkan ke sesi tanya jawab. Beberapa peserta nampak turut antusias dalam kesempatan ini. Dari beberapa pertanyaan tersebut, terdapat dua hal menarik yang dapat kita ketahui. Yang pertama adalah beasiswa tersebut terbuka untuk pelajar S1 dan S2 yang mau melanjutkan S2. Artinya, mereka menerima secara terbuka kepada pelajar S2 yang ingin mengambil S2 lagi di Belanda. Yang paling penting adalah program yang mereka tawarkan sesuai dengan apa yang ingin kita lakukan. Dan yang kedua adalah fakta bahwa tidak ada lagi daerah prioritas dalam penerimaan beasiswa. Tidak seperti dulu dimana pihak pemberi beasiswa yang akan lebih memprioritaskan daerah di luar Jawa, kebijakan tersebut sekarang sudah dihapuskan. Dengan begitu, persaingan yang ada menjadi semakin bebas dan ada kesempatan yang sama bagi setiap pendaftar beasiswa.

Sesi tanya jawab tersebut kemudian sekaligus menjadi penanda diakhirinya sesi pemaparan ini. Setelah itu, acara kembali dipimpin oleh Amalia yang meminta Inty dan perwakilan GEO FISIPOL untuk kembali naik ke panggung guna melakukan pertukaran kenang-kenangan. Sebelum mengakhiri acara pada pukul 11.30, dilakukan terlebih dahulu sesi foto bersama antara pihak penyelenggara dan peserta. (/Jkln)