Ide sebagai Modal dalam Industri Ekonomi Kreatif  

Mengangkat tema besar “Ekonomi Kreatif di Indonesia”, Korps Mahasiswa HI (KOMAHI) UGM menyelenggarakan Yogyakarta Youth Strategic Forum (YYSF) 2018 sebagai salah satu rangkaian acara HIPHORIA (16/11).

Acara seminar ini mendatangkan dua pembicara utama dengan Mukti R. Setianto, Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Hak Intelektual Kementrian Luar Negeri Indonesia, sebagai moderator.

Ardantya Syahreza, Branding Marketing Consultant IDCreativeBrand, mengawali seminar dengan menjelaskan perlunya kreativitas dalam industri ekonomi kreatif. “Kalau barang yang ada di pasar sama, barang tersebut cenderung akan dibandingkan secara harga,” jelasnya.

“Ekonomi dunia saat ini sudah berubah dari industri berbasis komoditas menjadi industri berbasis inovasi,” imbuh Tripuna Jaya, Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Hak Intelektual Kementrian Luar Negeri Indonesia.

Kabar baiknya, industri kreatif di Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Beriringan dengan hal tersebut, Reza juga mengatakan bahwa industri di masa depan merupakan industri yang akan melibatkan teknologi di hampir segala aspeknya.

Hingga saat ini, sektor fashion dan kuliner menempati posisi sub sektor tertinggi dalam industri ekonomi kreatif. Sedangkan Yogyakarta merupakan satu dari lima wilayah di Indonesia dengan jumlah industri ekonomi kreatif terbanyak.

Industri ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai industri yang dapat dengan mudah dilakukan oleh para anak muda Indonesia. “Akses modal yang dibutuhkan sekarang tidak sesulit dulu dimana pengusaha harus memiliki modal besar terlebih dulu untuk mengawali usahanya dengan membangun pabriknya,” ujar Reza.

Berkaitan dengan yang dikatakan Reza, Tripuna mengatakan bahwa sumber daya sebenarnya sudah tersedia, tinggal bagaimana kita dapat mengolahnya secara kreatif.

Dikatakan bahwa industri ekonomi kreatif sebenarnya merupakan kolaborasi antara pemodal dan pemilik ide. Suatu produk dapat menjadi produk yang kuat apabila produk tersebut diawali dari suatu masalah.

“Sudah banyak produk ekonomi kreatif yang ada dan berhasil, tugas kita adalah bagaimana caranya untuk memperbanyak produk ekonomi kreatif tersebut,” pungkasnya.

Sembari masyarakat mempersiapkan kreativitas mereka, pemerintah berperan sebagai pihak yang membangun jembatan kerja sama dan kolaborasi dalam industri ekonomi kreatif.

“Perlu diketahui bahwa diplomasi ekonomi kreatif merupakan bagian dari diplomasi Indonesia yang memanfaatkan potensi yang ada tanpa mengenal batasan,” ujar Tripuna.

Tripuna juga menekankan pada bagaimana kita harus mampu menggunakan peluang dan potensi yang ada, membuat produk yang memiliki nilai, dan akhirnya menjadi pihak yang dapat mempengaruhi, alih-alih dipengaruhi.

“Kalau kita tidak memiliki inisiatif untuk memulai dan menjadi pemimpin, ya selamanya kita akan menjadi pengikut saja,” ujarnya.

Sikap ambisius menjadi hal yang diperlukan dalam memulai atau mengembangkan industri ekonomi kreatif. Tripuna mengatakan bahwa peluang yang ada sudah banyak, maka saatnya bagi kita para pemuda untuk berani menjadi pemain global.

Saat kita telah siap menjadi pemain global, tantangan global seperti persaingan yang mulai ekspansif menjadi hal yang perlu diperhatikan. Selain itu, sudah seharusnya Indonesia menjadi pihak yang menciptakan pasar, alih-alih hanya menjadi pasar bagi ekonomi kreatif luar negeri.

“Semuanya dimulai dari sebuah ide, yang seringkali muncul dari anak-anak muda,” pungkas Reza.

Selain Reza dan Tripuna, hadir pula 4 pembicara lain dalam sesi talkshow yang dilanjutkan setelah sesi seminar selesai. Luwi Saluadji, Ketua KrafBina, hadir sebagai pihak ahli dalam sesi ini bersama tiga praktisi lain yaitu Alvin Fauzie, Stevanus Roy, dan Ray Rezky.

Dalam sesi talkshow tersebut, pembicaraan lebih berfokus pada bagaimana ketiga praktisi memulai usaha mereka di usia muda dan menjadi berhasil yang kemudian direspon oleh Luwi sebagai pihak ahli.

Acara yang berlangsung dari pukul 8.30 WIB ini dikemas sebagai acara semi-formal dengan diskusi dua arah. Sekitar 76 peserta datang dan beberapa dari mereka ikut terlibat dalam diskusi dengan mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai modal dan branding menjadi perhatian dalam sesi tanya jawab tersebut. Setelah sesi tanya jawab selesai, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi penyerahan kenang-kenangan dan foto bersama.

Acara yang diadakan di Gedung Mandiri BB Lantai 4 tersebut kemudian resmi ditutup pada pukul 11.45 WIB oleh kedua pembawa acara. (/Jkln)