Purna Tugas Prof. Dr. Mohtar Mas’oed: Meretas Batas-Batas Akademis dan Aktivisme

Yogyakarta, 7 November 2019—Meretas batas-batas akademis dan aktivisme menggambarkan dengan tepat perjalanan karir sekaligus pengabdian dari guru besar Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UGM, Prof. Dr. Mohtar Mas’oed. Selama lebih dari 40 tahun mengabdi, beliau berkontribusi aktif terhadap kajian akademis ekonomi politik sekaligus berkontribusi besar dalam gerakan-gerakan emansipasi, salah satunya adalah Rifka Annisa.

Pengabdian Prof. Dr. Mohtar Mas’oed ditutup dengan Acara Purna Tugas yang dilaksanakan di Auditorium Lt. 4 Fisipol UGM pada Kamis lalu. Acara dimulai dengan sambutan dari Kepala Depertamen Hubungan Internasional Dr. Nur Rachmat Yuliantoro dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto.

Kemudian dilanjutkan oleh pemutaran film dokumenter tentang hidup Prof. Dr. Mohtar Mas’oed yang diproduksi oleh limaenamfilms yang berjudul Merawat Pertanyaan-Pertanyaan. Film biografi ini bercerita mengenai pertanyaan-pertanyaan yang mendasari perjalanan akademis dan aktivisme beliau.

“Pertanyaan saya waktu itu sederhana, mengapa otoritarianisme bisa kembali muncul di Indonesia? saya takut saya bertanya pertanyaan yang sama saat ini, karena dalam beberapa waktu belakang muncul gejala-gejala konsolidasi demokrasi yang terhalangi” ujar Mohtar Mas’oed dalam cuplikan film tersebut.

Tampak beberapa tokoh besar yang mengikuti acara perayaan pensiun Prof. Dr. Mohtar ini diantaranya mantan ketua Muhammadiyah Buya Syafii Maarif, mantan rektor UGM Prof. Ichlasul Amal dan Dubes RI untuk Ceko Prof. Dr. Salim Said.

Acara dilanjutkan dengan talkshow yang diisi oleh Dubes RI untuk Ceko Salim Said (sahabat dari Prof. Dr. Mohtar Mas’oed), Luki Aulia (putri dari Prof. Dr. Mohtar Mas’oed), dan Poppy S. Winanti (kolega dan murid dari Prof. Mohtar Mas’oed). “Bapak itu orangnya baik, selalu semangat untuk memberikan dan berbagi, namun disisi lain juga beliau gengsian gamau terlihat cape jadi harus kita keluarga yang sadar kalau dia sedang capek.” Tutur Luki.

Jalannya acara terasa sangat personal, banyak cerita terkait hal-hal lucu dan menyenangkan yang pernah terjadi bersama Prof. Mohtar Mas’oed yang diutarakan oleh kolega-koleganya. Dalam layar juga ditampilkan foto-foto “satu kata untuk Pak Mohtar” yang dikumpulkan oleh Departemen Hubungan Internasional dari murid-murid beliau.

“Sesuai dengan tradisi kita bahwa nama adalah doa, saya yakin ini hasil dari doa orang tua saya, Mohtar Mas’oed artinya yang dibahagiakan, melihat acara ini saya rasa mereka berdua sedang tersenyum diatas sana” ujar Mohtar Mas’oed dalam penghujung acara. Acara ditutup dengan foto bersama dan bersalaman dengan Prof. Mohtar beserta istrinya yang ditunggu secara antusias oleh peserta. Setelah itu beliau menjadi guide dalam pameran yang berada tepat di luar ruangan auditorium.

Pameran dengan tema “ruang tunggu” dibuat oleh Malya Studio khusus untuk acara purna tugas ini. Pameran menampilkan instalasi karya yang menggambarkan perjalanan hidup Mohtar Mas’oed dan pengabdiannya terhadap dunia akademis dan aktivisme.

Beberapa instalasi yang dipamerkan adalah timeline kronologi perjalanan hidup, instalasi tempat Prof. Mohtar Mas’oed menulis disertasinya dan juga bukti-bukti ketika beliau menjadi saksi a de charge untuk melindungi mahasiswa yang ditangkap polisi karena melakukan transaksi buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer yang dilarang di masa Orde Baru. (/AAF)