CfDS (Center for Digital Society) FISIPOL UGM baru saja menggelar sebuah acara diskusi bertajuk “90º Digitalk: Digital Sociopreneurship” pada hari Selasa, 19 Oktober 2016. Bertempat di selasar gedung BC lantai 2 FISIPOL UGM, CfDS pada diskusi kali ini mengundang sebuah startup digital sociopreneur yaitu IWAK.ME. Diskusi tersebut menghadirkan perwakilan dari IWAK.ME yaitu Ikhsan Budiyanto, Chief Technology Officer IWAK.ME serta Ajeng Meidianingtyas, Marketing Funding Manager IWAK.ME.
Merupakan sebuah startup digital pada umumnya, namun IWAK.ME memiliki kekhasan dimana mereka memiliki basis sociopreneurship. Seperti yang dikatakan oleh Ajeng, dirinya dan teman-teman di IWAK.ME memiliki misi sosial untuk dapat mempertemukan investor dan petani ikan. Mereka ingin menggabungkan inovasi teknologi, sumber daya dan kesempatan untuk dapat mengatasi masalah sosial dan lingkungan dengan prinsip kewirausahaan.
Bergerak pada bidang sociopreneurship, digital platform ini lahir dari beberapa masalah sosial yang menjadi keresahan masyarakat khususnya petani ikan. Permasalah tersebut biasanya muncul pada masih belum baiknya dalam mengelola menejemen produksi, pengolahan maupun distribusinya yang meneyebabkan banyak petani mengalami kerugian. Selain itu permasalahan peminjaman modal, rendahnya nilai jual serta tingkat produktivitas yang masih rendah sehingga mereka masih memerlukan pendampingan dari pemerintah. Melalui digital platform ini, IWAK.ME hadir untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalah yang ada, sehingga diharapkan hasilnya dapat menguntungkan kedua belah pihak baik itu investor maupun kesejahteraan petani itu sendiri.
IWAK.ME telah memulai langkahnya pada bidang sociopreneurship sejak tahun 2015. Memang bukan langkah yang mudah untuk mendapatkan investor bagi usaha mereka. Proses meyakinkan orang lain untuk mau bergabung dengan didasari keinginan untuk dapat membantu kesejahteraan mereka yang masih rendah tingkat perekonomiannya, akhirnya mereka dapat mengumpulkan modal awal sebesar 30juta untuk dapat memulai dan membangun kolam budidaya. Untuk meyakinkan para investornya, IWAK.ME selalu berusaha untuk melakukan transparansi keuangan seperti memberikan informasi pada investor mengenai jumlah pakan yang diberikan serta jumlah kematian ikan. Cara tersebut dilakukan sehingga investor juga dapat turut memonitor perkembangan kolamnya.
Seperti namanya, IWAK.ME bergerak pada budidaya ikan, dimana saat ini mereka masih berfokus untuk mengembangkan ikan air tawar jenis lele. Ikan jenis ini relatif mudah untuk mengembangkannya serta waktu panen yang relatif singkat. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk membudidayakan ikan konsumsi jenis yang lain. Untuk saat ini, IWAK.ME telah memiliki sebanyak 68 kolam portable berisi ikan lele dimana kolam-kolam tersebut berlokasi di kota Nganjuk. Kolam-kolam tersebut dikelola oleh para petani yang sebelumnya telah diberikan pembekalan dalam mengelola ikan budidaya. Sampai saat ini total investasi yang terkumpul pada bulan Maret Rp 500 juta, dan terakhir hingga bulan Juli investasi dari investor mencapai Rp 900 juta.
Sistem bisnis di IWAK.ME dengan mekanisme bagi hasil antara investor, petani dan IWAK.ME sebagai pengelola. Persentasenya bagi hasil keuntungan 50 persen untuk petani, investor 40 persen dan IWAK.ME 10 persen. Untuk membuat satu kolam dibutuhkan modal sebesar 15juta, dengan besaran investasi terendah sebesar 10 persen atau sejumlah 150ribu rupiah. Tidak jarang beberapa investor adalah anak muda yang sedang mulai bekerja dan tertarik untuk berinvestasi. (di)