Di tahun 2018 penggunaan ponsel pintar di Indonesia telah mencapai hampir 100 juta pengguna. Sedangkan, penetrasi internet sudah mencapai 143 juta orang sepanjang tahun 2017 ini. Oleh karena itu, bisnis yang melibatkan dua aspek ini menjadi peluang besar bagi masyarakat. Hal inilah yang diungkapkan oleh Dayu Dara Permata selaku Head of Go-Life dalam acara 90° Digitalk pada 3 Mei lalu. Acara yang diselenggarakan oleh Center Digital for Society (CFDS) ini mengusung tema “Go-Life: Easier Life or Lazier Life?”.
Bertempat di Auditorium Fisipol UGM, Dayu mengungkapkan bahwa di era seperti ini, semua aktivitas baik pertukaran informasi, barang, maupun jasa dilakukan melalui media digital. “Dari penghasilan saya, 70 persen saya gunakan untuk belanja online, dari baju sampai sampai kebutuhan sehari-hari seperti sabun,” ungkapnya.
Oleh karena itu, melalui peluang inilah Gojek bisa tumbuh pesat di hampir seluruh kota di Indonesia. Gojek sendiri merupakan layanan aplikasi yang menyediakan jasa dari layanan transport, logistic and delivery, payment and loyalty, dan professional service. Dalam kesempatan ini, Dayu lebih fokus pada professional service yang mana merupakan layanan yang ditawarkan dalam aplikasi Go-life. Layanan professional service memang juga merupakan bagian dari aplikasi Gojek, namun sejak tahun 2016 layanan ini memisahkan diri menjadi Go-Life app.
Untuk saat ini aplikasi Go-Life menawarkan empat layanan, diantaranya adalah Go-Glam yaitu layanan salon dari make-up hingga hairdo, Go-Auto yaitu layanan yang menawarkan jasa servis kendaraan, Go-Clean yaitu jasa layanan bersih-bersih rumah dan Go-Massage yang merupakan layanan pijat. Meskipun saat ini baru empat layanan, Dayu mengungkapakan bahwa kedepannya Go-Life sangat berkemungkinan akan menambah layanan baru.
Hal ini mengingat bahwa kebutuhan masyarakat atas layanan jasa cukup tinggi. Terbukti dari sekitar 46 persen GDP Indonesia dihasilkan dari sektor ini. Selain itu, sekitar 90 persen usia produktif penduduk Indonesia secara bersamaan melakukan supply and demand di sektor ini. Dayu juga menambahkan bahwa dengan masuknya era digital ini, bisnis di bidang jasa semakin menguntungkan. Melalui media digital, bisnis jasa tidak lagi membutuhkan tempat secara fisik untuk menawarkan jasanya. Secara otomatis, ini akan menghilangkan dari biaya sewa gedung hingga biaya listrik. Selain itu, bisa membuka layanan 24 jam sesuai dengan permintaan pelanggan. Sehingga kita bisa lebih banyak mendapat pemasukan dan memperkecil pengeluaran. Oleh karena itu, bisnis jasa melalui media digital akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan bisnis jasa konvensional.
Keuntungan inilah yang dirasakan oleh Go-Life dalam menjalankan bisnis jasa melalui media digital. Dayu menjelaskan bahwa hingga saat ini Go-Life sendiri sudah mempunyai 60 ribu mitra yang tersebar di 30 kota di Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa Go-Life tidak hanya mempermudah kehidupan para penggunannya, tetapi juga ikut berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan. “Para mitra banyak yang mengaku bahwa dengan bergabung disini, pendapatan mereka naik dari yang di bawah standar menjadi di atas standar,” tutunya. (/ran)