Yogyakarta, 26 Oktober 2019– Keluarga Mahasiswa Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (Gamapi) Fisipol UGM menghadirkan “Bulaksumur National Conference” dengan membawa tema “Dig It Up : Bold Breakthrough of Youth Policy in The Digital Age, Empower The Youth, Build Up The Future” yang diselenggarakan di Auditorium Lt.4 Fisipol.
“Zaman tidak bisa dilawan, tapi bisa diajak berkawan,” ucap Ian Agisti Dewi selaku Manager Community Program BUKALAPAK membuka sesi panel pertama. Bagi Ian, kekuatan ekonomi kreatif bertumpu pada sumber daya manusia. Keunggulan SDM sendiri dilihat dari workforce readiness, soft skills,dan technical skills.
Ian berbagi pengalamannya berkecimpung bersama komunitas pelapak lokal, sebagai manager community, Bukalapak percaya bahwa UMKM secara efektif membantu perekonomian negara. Melalui ”Ranger” atau sebutan untuk local leader, Ranger dirangkul untuk mencapai visi engaging local wisdom, memahami karakter di berbagai wilayah di Indonesia dengan menerapkan triple helix collaboration. Selain itu, Bukalapak juga telah berkembang hingga ke mancanegara yakni melalui BukaGlobal yang telah berada di 5 negara.
Selanjutnya, Hillary Brigitta Lasut membagikan cerita menjadi Anggota DPR RI Termuda periode 2019-2021. Baginya, menjadi politikus muda seringkali dipandang sebelah mata. “Walaupun dibilang oligarki, sebenarnya bisa dibilang saya berjuang sendiri karena sepuluh tahun yang lalu keluarga sempat dikucilkan karena dipenjara dan banyak yang menyepelekan,” ujar Hillary.
“Ketika kita belum punya apa-apa, bingkai dulu diri kita sehingga masyarakat ikut mendukung. Politisi yang bawa solusi bukan hanya bawa mosi tidak percaya, tapi mengkrirtik dengan analisis objektif dan netral,” ujar Hillary yang mengaku terinspirasi Alexandria Ocasio-Cortez, politisi perempuan Amerika Serikat. Ia juga mendukung pemuda untuk tidak takut masuk ke dunia politik, “Indonesia butuh lebih banyak pemuda yang mau terlibat, butuh anak muda yang mau duduk di jabatan strategis, Indonesia butuh sosok yang dinamis,” pungkas Hillary.
Pembicara ketiga, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah menjelaskan bagaimana ekspresi berdemokrasi perlu dilakukan dengan bijak. “Teknologi kehilangan dua hal yaitu feel and taste, penggunaan media sosial dengan literasi digital yang buruk seringkali dilakukan dengan tidak sadar, gampangnya jadi banyak provakasi,” ujar Ganjar. Salah satu yang pernah dialami Ganjar adalah banyaknya hoax mengenai kasus zonasi sekolah, sebagai solusinya pemerintah Jawa Tengah membuat kanal “Lapor Gub..!”. Selain itu, aplikasi “Jalan Cantik” juga menjadi inovasi Jawa Tengah untuk melihat pembaruan perbaikan jalan yang teintegrasi dengan peta nasional.
Pembicara keempat, Budiman Sudjatmiko selaku Founder Innovator 4.0, membicarakan pemetaan diseluruh dunia bahwa ada kecenderungan suberordinates society yaitu masyarakat yang diteliti secara digital terdeteksi memiliki isu identitas kuat yakni rasisme laten yang diketahui berdasarkan search engine anonim. Algoritma yang terekam menunjukkan ada persoalan etika yang belum bisa dipecahkan di era digital karena ada unsur kebohongan yang sulit terdekteksi oleh platform.
Meskipun begitu, Budiman yakin pemuda sekarang memiliki karakter yang akan membawa pada transformed society. “Ada dua tawaran yang tampak baru, yang pertama adalah tawaran dari masa lalu, yang kedua tawaran baru yang optimis menghadapi masa depan,” pungkas Budiman.
Terakhir, Agus Mulyadi selaku Redaktur Khusus Mojok.co menjelaskan karya kreatif
Mojok yang hadir sebagai kanal anak muda untuk setidaknya tahu isu sosial politik meskipun tidak membaca dan memahami secara penuh. Salah satu artikel yang Agus tulis yang berjudul “Sidang MK Hari Ini Akhirnya Membuat Jokowi Menangis” pun mendapat banyak apresiasi karena berisi konten politik namun dengan sudat pandang komedi.
“Mojok sadar politik itu berat, banyak faktor lucu di dunia politik. Maka dari itu kita mengahadirkan kelucuan. Lucu sendiri merupakan kebiasaan sensitifitas, kuncinya adalah perbanyak pergaulan karena kelucuan itu menular. Di setiap hal selalu ada relevansi kelucuan, meskipun di dalam tulisan media memang tidak bisa memuaskan semua orang.” ucap Agus menutup keseuruan Bulaksumur National Conference 2019. (/Afn)