Yogyakarta, 14 Mei 2020—Wabah Covid-19 mengubah cara interaksi antarmanusia. Interaksi yang sebelumnya bisa dilaksanakan secara fisik, kini harus dibatasi guna menghambat penyebaran wabah. Akibatnya, orang bisa saja merasa kesepian.
Hal itulah yang banyak dibahas Reni Apriliawati dalam acara Live Session Seri Psikoedukasi CDC Fisipol UGM pada Kamis (14/04/20) lalu. Adapun acara tersebut dilaksanakan melalui akun Instagram @cdcfisipolugm dari pukul 16.00 hingga pukul 17.00.
Dalam diskusi, Reni mengatakan bahwa situasi wabah membuat banyak orang merasa kesepian. Hal itu terjadi lantaran mobilitas dan interaksi fisik mereka yang cenderung terbatas. Di titik itulah, orang membutuhkan kehadiran support system. Dengan adanya support system, menurut Reni, orang diharap tetap dapat hidup dengan normal di tengah situasi tak biasa.
Adapun secara khusus, Reni membahas keadaan mahasiswa dalam situasi wabah seperti saat ini. Menurutnya, mahasiswa rentan mengalami masalah psikologis akibat rasa kesepian di tengah wabah. “Beberapa mahasiswa ada yang tidak pulang kampung akibat (wabah) Covid-19. Mereka mungkin di kos sendiri, merasa kesepian, bahkan bisa sampai stress,” kata Reni.
Kebijakan pemerintah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memang membatasi mobilitas fisik masyarakat, termasuk mahasiswa. Akibatnya, sampai waktu yang tak ditentukan, mahasiswa perantau terpaksa tak bisa mudik dan harus menghabiskan waktunya di kos sendiri. Di situasi itulah, menurut Reni, kehadiran support system menjadi penting bagi mahasiswa.
“Pandemi membuat saraf psikologis jadi tegang dan overthinking. Kehadiran masyarakat atau siapapun yang menemani (mahasiswa) sebagai support system akan cukup membantu mereka secara sosial maupun psikologis,” kata Reni. Berkaitan dengan itu, Reni menyatakan bahwa mahasiswa juga harus peka melihat kondisinya sendiri. Itu dilakukan supaya mereka mengetahui di titik mana mulai membutuhkan support system, mengingat ada beberapa orang yang justru merasa nyaman ketika sendiri.
“Kalau kita sedih terus, merasa lonely, dan tidak produktif, itu tanda kalau kita butuh support system,” kata Reni. Meskipun kadar kebutuhan setiap orang bermacam-macam, Reni menyatakan bahwa kehadiran support system di tengah situasi wabah punya empat fungsi utama: Pertama, menghindarkan mahasiswa dari merasa sendirian. Kedua, membantu mereka melakukan adaptasi akademik. Ketiga, meningkatkan keberhargaan diri, dan keempat, mengurangi stress.
Perihal mengurangi stress, Reni menungkapkan bahwa hal itu hendaknya menjadi prioritas. Ia menyatakan bahwa akan selalu ada potensi stress sepanjang kita hidup, atau banyak orang biasa menyebutnya, stressor. Lewat kehadiran support system, orang akan terbantu menghadapi stressor itu, di samping juga tak memandangnya sebagai ancaman. “Stress atau tidak itu tergantung cara kita memandang stressor,” kata Reni. “Support system membantu seseorang melihat stressor secara obyektif,” pungkasnya. (/Snr)