Webinar “75 Tahun Terlalu Lama: Mengakhiri Senjata Nuklir Melalui Traktat Pelarangan Senjata Nuklir” IIS UGM

Yogyakarta, 15 Agustus 2020—Dalam rangkaian mengenang tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki 75 tahun yang lalu, Institute of International Studies HI UGM mengadakan webinar untuk membahas pentingnya Traktat Pelarangan Senjata Nuklir. Webinar bertajuk “75 Tahun Terlalu Lama: Mengakhiri Senjata Nuklir Melalui Traktat Pelarangan Senjata Nuklir” ini menghadirkan pembicara dari dua organisasi yang aktif dalam upaya pelarangan senjata nuklir—ICAN dan ICRC.

International Campaign to Abolish Nuclear Weapons atau ICAN, yang diwakili oleh Tim Wright selaku Koordinator Traktat, adalah penerima Nobel Perdamaian pada 2017. Sementara itu, ICRC atau International Committee of the Red Cross, yang diwakilkan oleh Christian Donny Putranto, adalah penerima Nobel Perdamaian pada 1917, 1944, dan 1963. ICRC juga ikut bekerja sama dalam menyelenggarakan rangkaian peringatan 75 tahun pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang diadakan oleh IIS HI UGM.

Acara dibuka dengan pengantar dari moderator, Muhadi Sugiono, mengenai apa yang akan dibahas dalam webinar kali ini. Secara garis besar, webinar ini akan membahas apa yang terjadi pada tragedi 75 tahun lalu, apa yang sudah dilakukan dan dicapai sejak tragedi terjadi, dan perkembangan terbaru dari Traktat Pelarangan Senjata Nuklir. Agar materi tersampaikan dengan lebih runtut, Muhadi mempersilakan Donny selaku perwakilan dari ICRC—organisasi yang menjadi saksi mata tragedi pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki 75 tahun lalu—untuk mengawali pembahasan.

Pembahasan dari Donny menekankan pada konsekuensi kemanusiaan yang terdapat pada senjata nuklir dan bagaimana hukum kemanusiaan internasional melihat senjata nuklir. Konsekuensi kemanusiaan dari senjata nuklir jelas dapat terlihat dari tragedi pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang terjadi 75 tahun lalu. Pada saat itu, delegasi ICRC yang dikirimkan untuk melihat kondisi setempat menggambarkan dampak ledakan bom sebagai sesuatu yang mysteriously serious dalam telegramnya. Melihat laporan lengkap yang dibuat oleh sang delegasi berdasarkan dampak yang ditimbulkan dalam tragedi Hiroshima dan Nagasaki, beberapa tahun kemudian ICRC sudah bisa mengeluarkan pernyataan bahwa senjata nuklir seharusnya dilarang. Konsekuensi kemanusiaan ini menjadi sebuah siklus yang tidak pernah terputus, atau menjadi semacam lingkaran setan, sekalinya senjata nuklir dijatuhkan.

Secara umum, hukum internasional hanya melakukan pelarangan atas senjata nuklir pada sebagian aspek saja, tidak secara penuh. Namun, sifat asli dari senjata nuklir membuat senjata ini sangat tidak mungkin untuk digunakan, karena tidak sejalan dengan kerangka dan koridor hukum kemanusiaan internasional. Donny menegaskan, penggunaan senjata nuklir tidak akan pernah sejalan dengan prinsip-prinsip hukum kemanusiaan internasional, seperti prinsip pembedaan dan proporsional.

Tim pun menyambung penjelasan dari Donny dengan menegaskan ulang meskipun belum ada aturan yang mengatur secara penuh pelarangan senjata nuklir, tetapi setiap negara memiliki tanggung jawab yang sama untuk penghapusan senjata ini. Berbagai konferensi pun diselenggarakan untuk membahas perihal pelarangan senjata nuklir. Dalam tiap konferensi, para korban senjata nuklir—baik dalam tragedi Hiroshima dan Nagasaki maupun pengetesan nuklir di seluruh dunia—menceritakan dampak yang menimpa mereka.

Isu kemanusiaan menjadi faktor penting dalam mengubah cara pandang masyarakat terhadap senjata nuklir. Pada 2013, ICAN berusaha menaikkan isu kemanusiaan ini sebagai isu sentral dalam pelarangan senjata nuklir. Dengan begitu, senjata nuklir tidak lagi dilihat sebagai senjata yang memberikan keamanan, tetapi justru sebagai ancaman.

Webinar yang disampaikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia ini ditutup dengan sesi tanya jawab. Berbagai pertanyaan dari para peserta pun disampaikan pada kedua pembicara. Para penanya pun dipersilakan untuk menyampaikan pertanyaannya secara lisan, sehingga terbangun interaksi antara peserta, moderator, dan pembicara. Sesekali, moderator juga memberikan pertanyaan pada para pembicara. Setelah seluruh pertanyaan dijawab, moderator pun menutup webinar pada pukul 15.00 WIB dengan sesi foto bersama. (/hfz)