Digital Discussion #33: Ngobrolin Study-Life Balance Bareng Mapres

Yogyakarta, 14 September 2020—Center for Digital Society Fisipol UGM kembali menyelenggarakan program Digital Discussion yang ke-33 pada Senin malam (14/9). Diskusi digital via Whatsapp Group ini mengangkat tema “Maintaining Study-Life Balance in Digital Era”. Haris Hendrik, 2nd Runner Up Mahasiswa Berprestasi UGM 2020, menjadi pemantik pada kesempatan kali ini. Seperti biasa, acara dimulai pukul 19.00 dan dimoderatori oleh Made Agus Bayu, Event Assistant CfDS.

Salah satu indikator yang menjadi tolak ukur bahwa mahasiswa sudah mencapai titik study-life balance adalah manajemen waktu yang baik. The art of action priority matrix memprioritaskan sesuatu berdasarkan dampak kegiatan (impact) dan lamanya waktu yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut (effort). Ada 4 hal mendasar dalam melakukan time management, yaitu Quick Wins, Big Projects, Fill Ins, dan Wasted Time. “Nah yg temen temen *Wajib* Hindari adalah Big Wasted yaitu Impact kecil effort-nya besar. Tentu ini bakalan makan waktu yang luar biasa tapi gak dampak yang kita rasakan,” tutur Haris.

Dalam melakukan time management yang memiliki impact besar tentu tidak mudah. Haris mencoba berbagi pengalamannya dalam mencapai study-life balance di tengah kesibukannya yang seabrek. Ia mengungkapkan bahwa dalam menjalankan perkuliahan, dibutuhkan yang namanya Planning. Kita harus memiliki gambaran apa yang harus kita lakukan selama masa perkuliahan 4 tahun dan apa yang akan menjadi end goal kita. Singkat cerita, pada tahun 2017, Haris bertekad untuk memberikan persembahan tertinggi untuk Fakultas Kehutanan di ajang Pilmapres UGM. Kemudian Haris mempelajari Buku Panduan Mapres nasional dari Kemristekdikti. Akhirnya, dengan segala usahanya ia berhasil menjadi  2nd Runner up Mahasiswa Berprestasi UGM 2020. Melalui pengalamannya tersebut, Haris menyampaikan bahwa kita perlu mendesain mimpi kita sedemikian rupa karena semua orang berhak atas mimpinya dan pahami medan perang sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan kedepannya.

Untuk manajemen waktunya, Haris selalu memprioritaskan Quick Wins dalam mengatur konsiderasi Impact dan Effort, mencatat tanggung jawab dan rundown per hari, serta mengusahakan untuk melakukan sesuatu sesuai kapabilitas tenaga, pikiran dan waktu yang dimiliki dan selalu berusaha tidak menjadi people pleaser. Ia menyadari menjadi Mapres bukan sekadar berbicara gelar semata, ia ingin berdampak bukan hanya sekedar dikenal karena Mapres. Akhirnya ia menginisiasi social project yang berfokus di bidang pendidikan yaitu @lensapendidikan.id dan bidang lingkungan yaitu @wilokabhumi.id. “Nah aku sebisa mungkin balance diri aku, dengan kegiatan akademik dan non-akademik berdasarkan kapabilitas tenaga, pikiran dan waktu yang aku punya. Aku bakalan menolak apa yg ditawarkan ke aku jika aku rasa aku gk bisa baik dari segi tenaga maupun waktu,” ungkapnya.

Kemudian untuk men-support diri agar dapat mencapai apa yang kita inginkan, kita dapat mengikuti kegiatan yang menunjang passion kita. Contohnya, Haris mengikuti UKM Model United Nations UGM dan International Forestry Student Association karena menyukai Diplomasi dan Negosiasi dan sebagian besar prestasinya ada di bidang presentasi, negosiasi dan diplomasi. “Jadi, kalau teman-teman ingin mencapai apa yang teman-teman impikan, do follow your passion,” ucap Haris.

“Kejarlah mimpi kalian karena sejatinya manusia dilahirkan dengan kerja keras, dedikasi dan tanggung jawab. Biasakanlah membiasakan kebiasaan yang biasanya dibiasakan oleh orang-orang luar biasa,” tutup Haris. (/Wfr)