Wajah Baru Politico Tour: Hadirkan Serial Webinar Tiga Ranah Bahas Isu Sosial Politik dalam Konteks Pandemi

Yogyakarta, 12 Oktober 2020—Perayaan Dies Natalis FISIPOL UGM ke-65 turut didukung dan dimeriahkan oleh Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan (KOMAP) dengan mengikutsertakan salah satu acara tahunannya, yakni Politico Tour atau yang kerap disebut sebagai Poltour. Sebagai program kerja tahunan dari Himpunan Mahasiswa DPP, Poltour yang biasa dilakukan dengan melakukan kunjungan ke berbagai instansi pemerintahan, pada tahun ini diubah menjadi sebuah event daring yang dikemas dalam bentuk serial webinar. Dengan mengangkat tema dinamika sosial politik Indonesia pasca pandemi, Poltour diharapkan dapat menjadi wadah untuk menangkap kekritisan bersama terkait fenomena yang terjadi selama dan setelah adanya adaptasi terhadap pandemi. Adapun serial webinar ini terdiri dari tiga fokus ranah yang dapat diikuti oleh peserta, mulai dari ranah negara (12 Oktober 2020), intermediary (13 Oktober 2020), dan masyarakat (14 Oktober 2020).

Pada hari pertama, Poltour diawali dengan webinar ranah state yang mengangkat topik perihal menyoal transisi pendidikan di tengah pandemi. Pembuka Poltour ini juga menghadirkan dua narasumber utama, yakni Aris Junaidi (Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) dan Eko Prasetya (Penulis Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah).  Jalannya webinar diawali dengan Eko Prasetya yang memantik peserta dengan penyampaian argumen dalam menanggapi problematisasi transisi pendidikan di masa pandemi. Bagi Eko, transisi pendidikan di masa pandemi ini telah mengakibatkan adanya berbagai perubahan, utamanya perubahan pola interaksi. Pertama, dapat ditemui dari tidak lagi terpusatnya sudut pandang yang terbentuk lantaran masifnya interaksi digital memicu adanya pola sudut pandang yang cenderung parsial. Kedua, berubahnya pola interaksi dalam pendidikan melalui ruang maya ini juga berdampak pada semakin masifnya komunikasi dengan dipicu akibat dari tidak terikatnya tempat dan medan publik yang makin luas. Sehingga, pola interaksi ini dapat dikatakan bersifat tidak terbatas. Ketiga, perubahan sedemikian rupa juga berpengaruh terhadap tingginya aliran informasi yang anarkis, bebas, dan di luar kontrol negara.

Sebagai contoh, beberapa hari lalu, banyak mahasiswa yang turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi. Eko menganggap hal ini merupakan wujud nyata bahwa pendidikan tengah berhadapan dengan situasi yang kritis, dan dalam hal ini, diskusi terkait kekuasaan pun menjadi normal dan dinormalisasikan. Eko juga menyoroti bahwasanya perlu untuk adaptif terhadap sekitar sebagai wujud dari perubahan yang diakibatkan oleh pandemi covid-19. Dalam bidang pendidikan, sebagaimana disebutkan oleh Eko, setidaknya terdapat lima aspek yang dianggap dapat hilang dari model pembelajaran daring, diantaranya yakni kesadaran akan potensi dan keunikan diri sendiri (munculnya anonimitas dalam penyelenggaraan pendidikan daring), pengelolaan rasa kepercayaan diri dan kemampuan membawakan diri, kesadaran sosial bahwa dirinya selalu terikat dan terhubung dengan lingkungan sosial, ketrampilan dan mengembangkan relasi sosial, serta keputusan untuk bertanggungjawab dalam mengambil sikap maupun pilihan. Tuntutan dari penyelenggaraan pendidikan secara daring ini dinilai Eko juga dapat menyebabkan konsep kepakaran juga hilang. Yang diakibatkan dari dominasi atas menguatnya penggunaan media sosial sebagai kanal untuk mengakses berbagai informasi dan pengetahuan sehingga proses penyerapan berlangsung maksimal.

Sementara itu, mewakili pihak Kemendikbud, Aris Junaidi banyak memaparkan perihal pengeluaran berbagai kebijakan Kemendikbud dalam merespon pandemi untuk melakukan penyesuaian terhadap bidang pendidikan. Aris menjelaskan bahwasanya apa yang perlu digarisbawahi ialah, Kemendikbud telah mendorong pembelajaran jarak jauh dengan diberikannya mahasiswa terhadap akses untuk mengambil modul-modul online yang sesuai dengan minat. Kebijakan ini telah dilakukan semenjak 9 Maret 2020 silam dengan keputusan pihak Kemendikbud dalam menerapkan work from home. Yang kemudian disusul dengan SKB untuk menerapkan study from home. Pihak Kemendikbud yang diwakili oleh Aris ini juga menegaskan bahwasanya transisi pendidikan di masa pandemi ini juga harus ditindaklanjuti dengan melakukan reorientasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Berbagai bentuk dukungan DIKTI diantaranya adalah menyediakan platform pembelajaran daring untuk perguruan tinggi (https://spada.kemendikbud.go.id), penyediaan platform (https://kuliahdaring.kemendikbud.go.id) bagi perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan online resources, menyediakan akses internet gratis, mengadakan pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi dosen dalam menyiapkan materi pembelajaran jarak jauh, memberikan kesempatan atas terselenggaranya program pengakuan kredit antara universitas, serta penggunaan MOOC’s International. Aris juga menambahkan bahwasanya Kemendikbud telah menggelontorkan dana sebesar Rp 7 triliun dalam menjembatani tersedianya akses internet bagi mahasiswa dan dosen (/Adn).