Exposure Talks #7 “Chevening 101: Talkshow and Essay Writing Workshop”

Yogyakarta, 15 Oktober 2020—Global Engagement Office atau GEO Fisipol UGM kembali hadir dengan Exposure Talks. Setelah sebelumnya berhasil memikat banyak peserta dengan mengangkat tema seputar beasiswa LPDP, pada seri ketujuhnya ini, Exposure Talks mengangkat tajuk “Chevening 101”. Dengan menghadirkan dua penerima Chevening Scholar sebagai pembicara—Retno Lestari Ningsih, M.Sc., dan Yasinta Ariesti, S.I.P., GEO Fisipol UGM merancang Exposure Talks kali ini dengan lebih produktif, yaitu dengan sekaligus menyediakan workshop penulisan esai dalam rangkaian acaranya. Setelah dibuka pada pukul 13.05 WIB dengan pemaparan singkat mengenai topik dan susunan acara serta pengenalan pembicara oleh pembawa acara dan moderator, Retno selaku pembicara pertama pun dipersilakan untuk langsung menyampaikan materinya.

Pada kesempatan ini, Retno—selaku penerima Chevening Scholarship 2018/2019—membawakan materi seputar persiapan penulisan esai dan memilih universitas. Dalam penjelasannya, Retno menjelaskan jenis-jenis esai yang menjadi persyaratan pendaftaran Chevening Scholarship, antara lain esai terkait leadership, networking, study plan, dan career plan. Meskipun esai-esai tersebut berbeda, tetapi harus tetap ada koneksi antar satu esai dengan yang lain. Agar terjalin benang merah antar esai, Retno menyarankan untuk membuat mind-mapping mengenai apa yang akan dibahas. Jangan lupa untuk melakukan riset terkait apa yang akan disampaikan dalam esai.

Tidak hanya itu, dalam penulisan esai, orang kerap kali melupakan aspek filosofis dari apa yang akan dibahas karena lebih fokus pada aspek-aspek praktis. Retno menjelaskan, dalam penulisan esai Chevening, aspek filosofis juga perlu untuk diperhatikan dan disertakan. Meski begitu, esai tetap harus ditulis berdasarkan pertanyaan yang diberikan. Dengan kata lain, esai yang dibuat harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pihak Chevening. Pada akhir pemaparan materinya, sebelum membahas singkat mengenai tips memilih universitas, Retno memberikan contoh struktur tiap jenis esai Chevening.

Sementara itu, materi yang dibawakan oleh Yasinta—selaku penerima Chevening Scholarship 2019/2020—dapat dibilang semacam lanjutan dari materi Retno, yaitu seputar memilih referee dan persiapan wawancara. Yasinta menjelaskan bahwa pada dasarnya wawancara adalah kemampuan mengartikulasikan dan mengomunikasikan esai yang telah dibuat. Yasinta mengibaratkan wawancara sama pentingnya seperti kencan pertama dengan orang yang sangat disuka—perlu untuk memunculkan kesan baik dengan menggunakan pakaian yang rapi, berperilaku sopan, dan menunjukkan kualitas diri. Yang membedakan kencan pertama dengan wawancara, menurut Yasinta, jangan sampai kita justru “jual mahal” saat wawancara.

Yasinta juga memberikan informasi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan dalam wawancara Chevening secara merinci. Tidak lupa, ia juga memberikan tips-tips, baik tips umum, tips saat sedang wawancara, tips yang berdasarkan pengalaman dan kepercayaannya, hingga tips jika tidak bisa menjawab pertanyaan wawancara. Menutup materi darinya, Yasinta memaparkan dengan singkat dan jelas mengenai pemilihan referee.

Sesuai dengan susunan acara yang dipaparkan di awal, setelah Yasinta menyelesaikan penyampaian materi, moderator mempersilakan para peserta untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh kedua pembicara. Setelah pertanyaan-pertanyaan dijawab, salah seorang peserta menampilkan contoh esai Chevening yang sudah ia buat untuk di-review dan didiskusikan lebih lanjut dalam sesi workshop penulisan esai. Kedua pembicara kemudian memberikan tanggapan, saran, dan tips untuk esai tersebut. Dengan penutup dari moderator dan sesi foto bersama, keseluruhan acara pun resmi diakhiri. Bagi yang tidak sempat bergabung, dapat menonton tayangan ulang Exposure Talks ke-7 di kanal Youtube GEO Fisipol UGM. (/hfz)