Peran Telemedicine dan Literasi Difital dalam Menghadapi Pandemi

Yogyakarta, 14 Agustus 2020 – Digital future discussion ke-31 yang diadakan oleh CfDS Fisipol UGM mengangkat topik mengenai peran telemedicine dan literasi digital dalam menghadapi pandemi. Untuk mengikuti acara ini, para peserta harus melakukan registrasi terlebih dahulu melalui link pendaftaran beberapa hari sebelumnya. Acara diskusi ini diselenggarakan secara daring via platform Googlemeet. Pada kesempatan kali ini, CfDS menghadirkan Dosen FKKMK UGM Anis Fuad sebagai pembicara dalam diskusi. Selain itu, untuk memandu diskusi, acara ini dimoderatori oleh Anisa Paratita Kirana, Research Manager of CfDS. Diskusi ini dimulai pada pukul 15.30 WIB dan diikuti oleh kurang lebih lima puluh peserta.

Membuka pembahasan diskusi sore ini, moderator menyampaikan bahwa ruang lingkup diskusi akan berbicara mengenai telemedicine, literasi digital, dan kaitan keduanya dengan upaya kita menghadapi pandemi. Situasi pada masa Pandemi COVID-19 sendiri memang cukup menyulitkan. Banyak informasi beredar, rendahnya literasi digital membuat kita dkesulitan dlam memilah informasi yang benar dan yang salah. Selain membahas landscape tiga topik tersebut di Indonesia, diskusi juga akan membahas isu tersebut di negara lain.

“kita masih belum bisa mengendalikan pandemi, tapi di sisi lain ada isu yang dapat membuat sedikit bersyukur dimana tidak ada satu negarapun yang bebas dari COVID-19. Misalkan Vietnam dan Selandia yang awalnya diunggulkan, COVID-19  juga muncul disana ” tutur Anis membuka pemaparan materinya. Situasi di Indonesia memang cukup unik, antar provinsi terdapat perbedaan. Bahkan, dalam satu wilayah provinsi saja juga terdapat perbedaan kasus COVID-19. Namun, kesamaan yang pasti dari semua provinsi di Indonesia adalah kasus yang terus meningkat.

Melanjutkan penuturannya, Anis menyampaikan bahwa pada saat ini yang harus dipikirkan adalah upaya mengendalikan pandemi. Dalam penuturannya, Anis memberikan metafora bahwa pandemi COVID-19 seperti sebuah gelombang tsunami. Ketika pandemi datang, lalu gelombang yang lain mengikuti seperti masalah ekonomi, resesi, dan lain-lain. Oleh karena itu, masalah ini tidak hanya tentang kesehatan, namun juga aspek lain yang dilematis dan perlu diselesaikan secara holistik dan menyeluruh.

Keberadaan telemedicine atau pelayanan kesehatan jarak jauh dalam situasi pandemi menjadi alternatif yang cukup menjanjikan. Telemedicine dapat mengatasi beberapa kendala yang ada di Indonesia diantaranya berkaitan dengan keterbatasan fasilitas kesehatan, kendala geografis, keterbatasan sarana transportasi, dan biaya. Namun, jika mengacu pada jenis intervensi digital untuk penguatan sistem kesehatan yang dikeluarkan WHO, Indonesia baru memiliki regulasi terkait penggunaan telemedicine dari fasilitas kesehatan ke fasilitas kesehatan. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, negara tersebut sudah memiliki regulasi yang mengatur penggunaan telemedicine dari fasilitas kesehatan ke konsumen. beberapa tantangan dalam penerapan telemedicine di Indonesia berkaitan dengan beberapa hal diantaranya dokter yang belum siap, masalah etika, regulasi, dan lain-lain.

 

Selanjutnya, menyambung pembicaraan terkait topik literasi digital, Anis juga menyatakan bahwa fenomena infodemic saat pandemi juga diibaratkan seperti gelombang tsunami. “akhir-akhir ini banyak influencer menyampaikan informasi terkait pandemi, ada beragam isu, tapi yang perlu diperhatikan niat baik saja tidak cukup, kita perlu pengetahuan agar solusi yang disampaikan sesuai dengan kaidah ilmu kesehatan” tutur Anis. Untuk itu, literasi digital perlu ditingkatkan untuk mengendalikan digital wave juga. Selain itu, sangat perlu juga menghindari jebakan misinformasi, untuk mencegah terjadinya situasi yang semakin buruk. Setelah pemaparan materi, diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri pada pukul 17.00 WIB.(/Mdn)