Digital Discussion #41: Perkembangan Teknologi Robotik, Teman atau Lawan?

Yogyakarta, 7 Desember 2020—Center for Digital Society atau CfDS FISIPOL UGM melalui Digital Discussion #41 berupaya untuk mengulik sejauh mana perkembangan teknologi robotika saat ini. Begitulah yang disampaikan oleh Devia Putri Maharani, Event Assistant CfDS, selaku moderator dalam diskusi bertajuk “Robots Among Us: Job-stealing Enemies or Productivity Enhancers?” ini.

“Perkembangan teknologi robotika di Indonesia terbilang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Teknologi robotika di Indonesia juga mulai masuk ke sektor-sektor pertanian dan perikanan. Intinya, teknologi robot di Indonesia mulai berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan,” jelas sang pembicara—Dr. Ahmad Ataka Awwalur Rizqi, Co-Founder Jago Robotika, Alumni PhD Robotics King’s College London—saat merespons pertanyaan pembuka dari Devia. Ataka juga memberikan beberapa contoh serta video produk dan inovasi robotik yang dikembangkan dan digunakan di Indonesia berdasarkan penjelasannya.

Lebih jauh, Ataka memaparkan bahwa perkembangan robot yang dikombinasikan dengan machine learning atau IoT pada industri 4.0 ini memberikan dampak yang sama saja antara di Indonesia dan secara global. Perkembangan ini menyebabkan kemampuan robot yang sebelumnya terbatas, justru menjadi mulai merambah ke aspek yang semakin dekat dengan manusia. Yang membedakannya adalah bidang aplikasi di mana robot-robot ini akan digunakan, sebut Ataka. “Misalnya, Indonesia sebagai negara agraris tentu punya potensi besar untuk mengoptimalkan peran robot agar membantu produktivitas industri agraria kita. Sebagai contoh, robot bisa dilatih agar mengenali hama tanaman. Atau membedakan buah yang matang ataupun belum matang. Sehingga proses industri pertanian atau perkebunan kita bisa terpengaruh oleh perkembangan teknologi robotika.”

Berdasarkan data, Ataka menceritakan bahwa robot memang sudah, sedang, dan akan meningkatkan produktivitas sekaligus mencuri pekerjaan manusia. Ataka memberikan beberapa poin penting berkaitan dengan kedua fenomena tersebut. Juga, Ataka memaparkan beberapa poin atau hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi fenomena tersebut, khususnya fenomena pencurian pekerjaan oleh robot.

“Secara umum, sebagaimana banyak teknologi lain sebelumnya, kemunculan robot memang ikut memicu hilangnya lapangan pekerjaan di beberapa sektor. Di sisi lain, kemunculan robot juga membantu terbukanya lapangan pekerjaan baru. PR-nya tentu saja adalah bagaimana agar kita bisa mengatur agar hilangnya lapangan pekerjaan akibat teknologi robot ini juga diikuti oleh munculnya lapangan pekerjaan baru yang bisa menyerap jumlah pengangguran,” jelas Ataka, merespons pertanyaan peserta mengenai pengangguran yang disebabkan oleh penggunaan robot pada suatu perusahaan.

Setelah menjelaskan mengenai urgensi dan benefit melek teknologi robotika dan tips bagi pemula yang ingin belajar atau mencoba membuat robot, Ataka pun menjawab pertanyaan dari para peserta dalam sesi tanya jawab kedua. “Pesan penutup saya: robot is only as good as the one who creates it. Apakah robot teman yang memudahkan pekerjaan manusia atau justru mesin jahat yang mencuri pekerjaan kita bergantung pada bagaimana kita mengatur robot itu sendiri,” tulis Ataka dalam pernyataan penutupnya. Diskusi pun resmi diakhiri oleh Devia selaku moderator pukul 21:22 WIB. (/hfz)