Dengan konsep bincang santai antara peserta dan narasumber, acara yang dilaksanakan melalui platform Google Meet ini menghadirkan Maulida Afifatu Tsalitsi, Nurul Qomariyah, dan M. Riza Nur Pratama, untuk berbagi seputar pengalaman yang mereka jalani selama proses PKM hingga PIMNAS.
Maulida—biasa dipanggil Ifa—membagikan pengalamannya secara detail mulai dari awal penyusunan proposal dan laporan, monitoring dan evaluasi, pengumpulan laporan, hingga persiapan dan pelaksanaan PIMNAS. Ifa menceritakan kendala-kendala yang dialaminya selama keseluruhan proses tadi, mulai dari pengumpulan berkas yang mepet, mengalami banyak revisi dalam penyusunan proposal dan laporan, hingga konflik dengan anggota timnya.
Ifa mengatakan bahwa kerja sama tim merupakan hal yang sulit, terlebih dengan kesibukan tiap anggota yang berbeda-beda. Ia juga tidak dapat memungkiri bahwa selama kegiatan PKM, khususnya luring, proses akademik selama sangat mungkin banyak tertinggal. Namun, Ifa juga menegaskan bahwa lomba—termasuk PKM dan PIMNAS—tidak boleh dijadikan alasan untuk malas mengikuti perkuliahan. Mahasiswa harus secara aktif mengejar ketertinggalannya dengan mandiri, salah satu caranya melalui bertanya pada teman.
Begitu pengumuman peserta yang berhasil lolos ke tahap PIMNAS, termasuk juga Ifa dan tim, kampus pun memberikan pelatihan secara terus-menerus guna mempersiapkan penampilan para kontingennya sebaik mungkin. Hampir setiap hari, Ifa dan tim menjalani konsolidasi dan latihan presentasi. Bahkan, saat sudah berada di lokasi PIMNAS 32 kala itu, yaitu Bali, konsolidasi dan pelatihan terus dilakukan selama di hotel.
Setelah Ifa selesai membagikan pengalamannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta, acara pun dilanjutkan dengan sesi mengobrol santai. Riza bertanya pada para peserta mengenai persiapan mereka masing-masing dalam ajang PKM ini, baik mengenai dosen pembimbing, juga mengenai topik yang akan diangkat.
Pada sesi ini, Riza banyak mengomentari topik yang akan diangkat oleh para peserta acara. Ia juga memberikan masukan serta saran tentang cara mengelaborasi topik-topik tersebut dalam proposal PKM. Dalam memberikan masukan ini, Riza bahkan menunjukkan proposal PKM yang pernah ia buat sambil menceritakan proses penyusunan yang ia jalani. Berawal dari membuat poin-poin pembahasan, barulah dari situ dikembangkan menjadi paragraf-paragraf dalam proposal.
Tidak hanya itu, satu per satu peserta pun membagikan keluh kesah dan kekhawatiran mereka, sambil sesekali meminta rekomendasi dan saran dari para pengisi acara. Tentunya, para pengisi acara Bedah PKM Humaniora menanggapi dengan baik dan memberikan saran yang sekiranya relevan bagi permasalahan para peserta acara. (/hfz)