Pentingnya Menjaga Keamanan Digital untuk Mencegah KBGO

Yogyakarta, 10 Juni 2021Fisipol Crisis Center (FCC) menyelenggarakan program Webinar Series #2 yang bertajuk “Alerta KBGO: Cara Cerdas Menjaga Privasi di Ruang Digital” pada Kamis (10/6) siang. Pembicara dalam acara ini adalah Sri Handayani Nasution (Project Officer CfDS UGM) dan Ellen Kusuma (Digital At-Risks SAFEnet). Acara ini berlangsung melalui Zoom Meeting pada 13.00-15.00 WIB.

KBGO (Kekerasan Berbasis Gender Online) adalah kekerasan yang terjadi atas dasar relasi kuasa gender antara korban dan pelaku di ranah online atau yang menggunakan teknologi digital sebagai medium, tidak terbatas pada yang tertransmisikan melalui internet. KBGO merupakan ekstensi/perpanjangan dari kekerasan berbasis gender di ruang-ruang fisik dan kerap kali kedua kekerasan tersebut terjadi secara bersamaan.

Pada masa pandemi, dimana orang-orang berpindah ke ranah internet, kasus KBGO mengalami peningkatan. Menurut catatan tahunan Komnas Perempuan 2020, KBGO meningkat dari 126 kasus pada 2019 menjadi 510 kasus pada tahun 2020. Bentuk kekerasan yang mendominasi KBGO adalah kekerasan psikis 49% (491 kasus), kekerasan seksual 48% (479 kasus) dan kekerasan ekonomi 2% (22 kasus).

Sri Handayani Nasution atau akrab dipanggil Bolbi, menyebutkan karakteristik KBGO di antaranya: difasilitasi teknologi digital sebagai mediumnya; ekspresi relasi kuasa yang timpang; saling mempengaruhi dengan kekerasan berbasis gender offline; diskriminasi gender; dan bentuk kekerasan yang beragam dengan pelaku beragam pula.

Sementara, kasus KBGO terjadi karena sistem dan kultur patriarki yang opresif yang seringkali dijadikan sebagai alat untuk mengancam wanita, alat untuk mengatur, menghakimi, mengontrol tubuh dan pikiran wanita. Selain itu juga adanya ekspresi maskulinitas yang toxic yaitu rasa kepemilikan atas wanita.

“Orang-orang merasa bahwa ada rasa kepemilikan atas tubuh wanita, laki-laki merasa berhak mengatur cara berpakaian dan mengetahui kemana saja pacar/istri pergi, itu adalah ekspresi maskulinitas yang toxic yang didasari atas rasa kepemilikan atas wanita,” ungkap Bolbi.

Kita semua mungkin saja terkena KBGO, tetapi ada beberapa orang yang rentan menerima kekerasan ini, yaitu orang yang punya hubungan intim, profesionalis, dan orang yang merupakan penyintas kekerasan berbasis gender di masa lalu. Kasus KBGO berdampak secara fisik, psikologi, dan ekonomi sosial politik.

Ellen Kusuma berpendapat bahwa kita perlu menjaga keamanan digital untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya KBGO dengan cara memahami privasi, konsen, ekosistem digital, dan karakteristik dunia digital.

“Jangan berpikir kalau kita itu bukan siapa-siapa, makanya aman-aman saja. Dengan “data is the new oil” maka tidak ada yang aman!” pungkasnya. (/Wfr)