Yogyakarta, 5 Juni 2021━Dalam rangka meminimalisir penyebaran COVID-19, pertandingan-pertandingan olahraga terpaksa dihentikan. Namun, penundaan pertandingan ini tentu berdampak secara sosial dan ekonomi pada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan olahraga. Situasi ini kemudian melahirkan kebijakan-kebijakan penyesuaian untuk penyelenggaraan kegiatan olahraga seperti Liga 1 dan IBL pada masa pandemi. Untuk membincangkan hal ini lebih lanjut, Forum Olahraga FISIPOL pun mengadakan Diskusi Olahraga FISIPOL atau DISKOPOL Vol. 1 bekerja sama dengan Gamapi, KMS, dan Komahi pada Sabtu (5/6).
Untuk memberikan sudut pandang yang lebih komprehensif, DISKOPOL mengundang tiga narasumber dengan latar belakang yang berbeda. Meski begitu, seluruh narasumber saling menunjukkan rasa setuju atas opini yang disampaikan oleh satu sama lain. Seperti saat Marco Gracia Paulo, Direktur Utama PT. PS Sleman, mengakui bahwa pemberhentian sementara kegiatan olahraga khususnya sepak bola memberikan pengaruh yang sangat besar pada bidang sosial dan ekonomi seluruh pihak yang terlibat di dalam ekosistem ini. Eko Noer Kristiyanto selaku Pengamat Olahraga mengakui hal serupa dan mempertegas pemaparan Marco dengan menyampaikan bahwa situasi tetap tidak akan berjalan seperti sebelum pandemi meski kegiatan perlahan-lahan mulai dilaksanakan kembali. Butuh waktu yang lama untuk dapat memulihkan keadaan seperti sedia kala. Hal ini disebabkan ekosistem perekonomian sepak bola yang sangat luas dan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, jelas Eko.
Kompleksitas ekosistem olahraga sepak bola pun diakui oleh Surliyadin ‘Itun’, Pemain Bali United Basketball Club. Kompleksitas yang berbeda ini menyebabkan adanya perbedaan keadaan antara lini olahraga sepakbola dengan basket. Dibandingkan dengan dampak ekonomi, Itun sendiri lebih merasakan dampak sosial dari adanya pemberhentian sementara kegiatan olahraga pada masa awal pandemi COVID-19. Sistem bubble yang sudah mulai diterapkan dalam kegiatan-kegiatan olahraga basket pun juga memberikan dampak sosial yang cukup signifikan karena terjadi pergeseran sistem yang cukup berbeda. Hal inilah yang menjadi tantangan dalam ekosistem basket.
Eko dan Marco juga setuju dengan pandangan Itun tersebut. Oleh sebab itu, melihat perbedaan budaya antara kedua lini olahraga tersebut, penerapan sistem bubble dalam kegiatan-kegiatan sepak bola pun dipertanyakan efektivitasnya. Namun, hingga saat ini, sistem bubble adalah solusi yang paling logis untuk pelaksanaan kegiatan sepak bola. Eko dan Marco pun menegaskan bahwa agar meminimalisir risiko secara maksimal, pelaksanaan sistem bubble dan seluruh kebijakan di bidang olahraga memerlukan pengawasan dan keseriusan dalam implementasinya, sehingga tidak ada pihak yang melanggar aturan penyesuaian yang sudah dibuat.
DISKOPOL Vol. 1 ini berlangsung dalam bentuk tanya jawab langsung antara narasumber dan moderator. Tidak hanya itu, para peserta acara juga mendapatkan kesempatan untuk bertanya langsung pada para narasumber, sehingga terbangun ruang diskusi yang interaktif sepanjang acara. Setelah sesi diskusi berakhir, acara pun resmi ditutup dengan pertanyaan penutup dari seluruh narasumber dan sesi foto bersama. (/hfz)