Yogyakarta, 25 Juni 2021─Saat ini, budaya dan media massa telah mengambil tempat penting dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari. Bahkan, tanpa disadari, budaya dan media massa memiliki peranan vital dalam iklim politik, baik di tingkat nasional maupun internasional, khususnya terkait dengan pembentukan persepsi tertentu terhadap suatu negara. Dalam Beyond the Great Wall yang ke-15 “Transformasi Persepsi terhadap Cina: Peran Budaya dan Media Massa” yang diselenggarakan pada Jumat (25/6), Institute of International Studies atau IIS HI UGM yang dimoderatori oleh Indrawan Jatmika, Staf Riset IIS HI UGM, berusaha mengkaji secara lebih mendalam terkait peranan budaya dan media massa dalam membentuk persepsi tertentu terhadap Cina.
Narasumber pertama pada acara yang diselenggarakan melalui platform Zoom Meeting ini, M. Habib Pashya, Asisten Riset Hubungan Internasional di Universitas Islam Indonesia, membawakan materi dengan tajuk “Unseen Program: Cina di Indonesia” yang berfokus pada dinamika institut Konghucu di Indonesia. Dengan berbagai problematika yang dihadapi dalam mempertahankan citranya di mata negara-negara lain, Cina menjadikan pun menggelontorkan bermacam cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Mulai dari memberikan beasiswa, mengadakan acara tingkat internasional, kampanye melalui media-media, hingga memberikan bantuan ekonomi. Dalam konteks Indonesia sendiri, Pemerintah Cina gencar menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan kelompok Islam yang ada guna menepis isu Uyghur yang menjadi kekhawatiran di Indonesia. Meski tampaknya upaya-upaya tersebut berhasil meningkatkan persepsi yang baik terhadap Cina, tetapi akan tetap ada tantangan dalam mempertahankannya.
Masih dalam lingkup yang sama tetapi dengan topik yang berbeda, narasumber kedua, Aucky Adi Kurniawan, Peneliti di Indonesia International Studies Academic Utilization Community (IISAUC), membawakan materi bertajuk “Peran Media Massa Cina dan Barat dalam Framing Konflik Uyghur.” Agar memahami konteks materi yang dibawakan, Aucky mengawali pemaparannya dengan menjelaskan latar belakang dan sejarah konflik antara Kelompok Uyghur dengan Pemerintah Cina terlebih dahulu. Dari situ, Aucky baru memaparkan peran media massa sebagai instrumen politik dan propaganda, terutama dalam situasi konfliktual yang terjadi antara dua negara, dan kontekstualisasinya pada isu Uyghur.
Beyond the Great Wall sendiri merupakan forum diskusi akademik yang diadakan tiap dua bulan oleh IIS HI UGM. Forum yang terbuka untuk umum ini diselenggarakan untuk membahas isu-isu terkait Cina, baik mengenai politik domestik, hubungan luar negeri, sosial-budaya, atau persoalan lainnya yang tengah berkembang. (/hfz)