Yogyakarta, 22 Juli 2021─Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM bersama dengan Universitas Melbourne menyelenggarakan konferensi kolaboratif yang berjudul Australia-Indonesia in Conversation: Managing COVID-19 and ‘Post’-Pandemic Challenges pada hari Rabu (21/07) dan Kamis (22/07) melalui platform Zoom Meeting. Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk persahabatan dan kerja sama yang telah lama terjalin antara Indonesia dan Australia, dan khususnya antara FISIPOL UGM dan Faculty of Arts Universitas Melbourne. Acara ini membawa berbagai topik diskusi yang dibagi menjadi empat panel yang dihadiri oleh berbagai panelis dan terdapat sesi tanya jawab pada setiap akhir diskusi panel. Konferensi ini dibuka dengan pidato yang disampaikan oleh Dekan FISIPOL UGM, Dr. Wawan Mas’udi, S.IP., M.A., dan Dekan Faculty of Arts Universitas Melbourne, Professor Russell Goulbourne.
Pada panel satu, diskusi dibuka oleh Duta Besar Indonesia untuk Australia, Mohammad Syarif Alatas. Diskusi berfokus pada sejarah hubungan bilateral antara Indonesia-Australia dan berbagai kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara di tengah pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Dijelaskan oleh Mohammad, bahwa hubungan kerja sama Indonesia-Australia tidak hanya bilateral, namun juga dalam lingkup regional (ASEAN-Australia), dan multilateral, yang saat ini masih berfokus dalam penanganan COVID-19. Selanjutnya, pada panel kedua, diskusi dibuka oleh Professor Michael Wesley, yang menjelaskan tentang konteks hubungan ekonomi antara Indonesia-Australia. Menurutnya, hubungan kedua negara yang telah terjalin selama puluhan tahun, kini semakin menjauh dikarenakan kebijakan luar negeri Australia yang selama lima tahun ke belakang memiliki perbedaan kepentingan dengan Indonesia dan ASEAN.
Pada panel ketiga menghadirkan Prof. Ova Emilia dari FKKMK UGM yang fokus membahas tentang kesehatan masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Prof. Emilia menjelaskan berbagai faktor yang menyebabkan tingginya kasus COVID-19 di Indonesia, yang di antaranya adalah kurangnya literasi masyarakat, jumlah penduduk yang banyak, dan luasnya cakupan wilayah Indonesia secara geografis. Pada panel terakhir menghadirkan Shawana Andrews, Associate Director dari Poche Centre for Indigenous Health dan Senior Research Fellow di Departemen Pekerjaan Sosial di Universitas Melbourne. Shawana membahas tentang dampak COVID-19 yang dialami oleh masyarakat adat di Australia yang menyebabkan kesulitan bagi masyarakat adat Australia untuk mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan karena banyak dari mereka yang hidup bersama dalam satu rumah dan hal ini sangat mengkhawatirkan ketika COVID-19 pertama kali menyerang Australia.
Berangkat dari berbagai diskusi panel yang ada, konferensi Australia-Indonesia in Conversation yang pertama ini membawa harapan untuk terus menjadi penguat kolaborasi dan hubungan antara kedua negara, umumnya, dan UGM – Universitas Melbourne, khususnya. (/avt)