Yogyakarta, 20 Agustus 2021─LPPM Sintesa Fisipol UGM menyelenggarakan acara diskusi dengan tajuk “Perjuangan Perempuan Pertiwi”. Acara ini dibagi ke dalam dua sesi yaitu pemutaran film “Our Mothers’ Land” dan dilanjutkan sesi diskusi dengan penulis skenario yang sekaligus produser film yaitu Febriana Firdaus. Pada kesempatan kali ini, diskusi diikuti oleh 35 peserta dan mengulik berbagai pengalaman Febriana Firdaus dalam memproduksi film maupun pengalamannya dalam jurnalisme investigasi.
Mengawali acara ini, screening film our mother’s land dilaksanakan lebih dulu sebelum memasuki sesi diskusi. Film ini merupakan karya pertama dari febriana Firdaus yang terinspirasi dari pengalamannya sebagai perempuan hingga akhirnya memutuskan untuk memproduksi karya ini, Sebagai film dokumenter, film ini mengangkat kisah berbagai gerakan perempuan pejuang lingkungan. Dibuka dari kisah kartini kendang, lalu kisah gerakan di luwuk Sulawesi, hingga Nusa Tenggara dan Aceh, film ini berhasil menggambarkan kisah perjuangan perempuan sebagai bentuk gerakan kolektif yang bertujuan menyelamatkan lingkungannya dari eksploitasi yang berlebihan.
Selanjutnya memasuki sesi diskusi, moderator mematik forum dengan berbagai pertanyaan yang ditujukan pada Febriana Firdaus. Dimulai dari kisah di balik pembuatan film, Febriana bercerita bahwa prinsip utama produksi film ini dengan menerapkan prinsip Gender Balance Reporting. Sejak riset awal, Febriana mengambil beberapa contoh penggerak gerakan perempuan seperti Aleta Baun, Eva Bande, dan para penggerak di kendeng menjadi pilihan yang menggambarkan perjuangan dari berbagai wilayah di Indonesia.
Berbagai konsekuensi dan resiko dalam pengalamannya sebagai jurnalis juga turut diceritakan. Mulai dari ancaman, bahkan hingga kehilangan pekerjaan sempat dialami oleh Febriana. Namun hal itu tidak membuatnya berhenti berusaha dan berjuang. Febriana tetap berpijak pada pilihannya menjadi jurnalis, dan film our mothers’ land menjadi inspirasinya untuk terus menghasilkan karya dalam bentuk visual. Film ini juga menjadi upaya dari Febriana untuk menunjukkan bahwa berbagai gerakan perjuangan lingkungan yang dilakukan oleh perempuan merupakan usaha bersama yang melibatkan banyak pihak, jadi pola pikir yang menokohkan satu orang saja perlu diubah dalam berbagai produk jurnalisme. Film ini bukan soal aleta baun, bukan soal eva bande, tapi lebih dari itu yaitu gerakan perempuan yang mampu berdaya dan tidak mengenal lelah dalam menjaga ibu bumi tercinta. (/Mdn)