DIFFUSION #58: Dari Uluran Tangan ke Ketukan Layar: Peluang dan Tantangan Gerakan Sosial di Media Sosial

Yogyakarta, 25 Agustus 2021─Center for Digital Society (CfDS) kembali menghadirkan DIFFUSION #58 bertajuk “Dari Uluran Tangan ke Ketukan Layar: Peluang dan Tantangan Gerakan Sosial di Media Sosial”. Diskusi yang dilaksanakan melalui platform zoom meetings pada Rabu, 25 Agustus 2021 ini menyoroti penggunaan media sosial yang semakin masif di era digital ini sebagai suatu peluang sekaligus tantangan. Untuk membahas persoalan tersebut, Rizka Herdiani dan Maulana M. Haykal sebagai Intern Research CfDS hadir dengan sisi pandang yang berbeda.Menyampaikan materi terkait “The Future of Mutual Aid in Indonesia’s Digital Age” wanita yang akrab disapa Rizka tersebut berangkat dari beberapa persoalan di masa pandemi. Menurutnya, respon masyarakat lokal baik secara individu maupun komunitas terhadap persoalan kebutuhan dasar masyarakat menjadi salah satu faktor munculnya Mutual Aid atau budaya gotong royong. “Munculnya public distrust atau ketidakpercayaan pada pemerintah itulah yang menjadi latar belakang masyarakat untuk turun tangan,” imbuhnya. Dalam hal ini, Rizka lebih banyak menyoroti budaya gotong royong yang kini eksis di kalangan masyarakat melalui berbagai platform dan media sosial.

Lebih lanjut, Rizka menuturkan bahwa mutual aid tersebut merupakan bagian dari human nature yaitu setiap manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang harus berkolaborasi dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan bertahan hidup. Bentuk mutual aid tersebut dinilai menarik mengingat gerakan ini mampu secara tidak langsung mencakup seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang ras, agama, gender, maupun kelas sosial.

Menanggapi terkait hubungan antara mutual aid dan media sosial, Haykal menyampaikan mengenai fenomena Crackdown on social media activism in southeast asia’s democracies yang terjadi di beberapa negara demokrasi, khususnya Indonesia dan Filipina. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan kedua negara terkait memiliki pemimpin populis yang juga cenderung membatasi kebebasan berbicara dan berekspresi. “Di era kini, media sosial menjadi platform untuk menyuarakan opini-opini gerakan sosial,” terangnya. Namun, menurutnya masih banyak keterbatasan maupun pembatasan dari pemerintah terkait.

Di akhir sesi, Rizka menyampaikan bahwa mutual aid di masa digital ini membuat semua orang semakin menggunakan sesuatu yang bersifat mudah dijangkau. Namun, hadirnya fenomena tersebut dijelaskan Rizka juga mampu memberikan dampak positif pada gerakan sosial. “Yang sebelumnya hanya berorientasi pada bantuan finansial, kini merujuk ke bantuan-bantuan lainnya,” pungkas Rizka. (/Ann)