Dalam sambutannya, Wawan Mas’udi selaku Dekan Fisipol UGM menyatakan pentingnya kontribusi Indonesia di era disrupsi. Menurut Wawan, terdapat banyak isu yang dapat dikelola bukan hanya dalam kerangka negara bangsa, tetapi juga secara akadems. “Dari sisi akademik, hal ini akan menjadi aspek pembelajaran penting yang dapat dikaji, tentang bagaimana kita mendesakkan agenda domestik menjadi agenda global,” terang Wawan.
Selain rangkaian seminar Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia yang akan diselenggarakan pada 17 Maret, Wawan juga menyampaikan tentang rencana Fisipol UGM dalam G20. BErdasarkan keterangan Wawan, akan ada rangkaian forum yang lebih spesifik dan tematik seperti policy brief untuk merumuskan ide bagi pemerintah. Selain itu, Fisipol UGM juga berencana merilis buku pada bulan Agustus 2022 nanti.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Luqman-nul Hakim selaku dosen Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM dan Korrdinator G20 menyatakan bahwa agenda ini merupakan respons substantif terhadap isu-isu dunia, Luqman menyampaikan bahwa partisipasi Fisipol dalam G20 merupakan hal yang penting. Menurut Luqman, “Partisipasi dunia akademik menggambarkan bahwa Presidensi G20 bukan semata-mata sesuatu penuh selebrasi, namun juga memanfaatkan momentum untuk agenda yang lebih strategis”.
Fokus utama dari rangkaian acara ini, menurut Luqman, salah satunya yaitu produksi pengetahuan dalam rangka memberikan input dan juga suatu momen yang sesuai untuk diseminasi publik. Melalui G20, Fisipol UGM berharap dapat menghasilkan sesuatu yang signifikan bagi keadilan di Indonesia dan dunia. (/tr)