Yogyakarta, 7 Maret 2023—Menyambut Hari Perempuan Internasional 2023, Fisipol UGM bersama United Nation Indonesia gelar talskhow bertajuk “International Women Day 2023 DigitALL: Innovation and Technology for Gender Equality” pada Selasa (7/3). Valerie Julliand selaku UN Resident Coordinator in Indonesia turut hadir untuk memberikan pandangan terhadap isu kesetaraan gender di era digital.
“KIta hidup di era serba digital. Ada berbagai kemudahan dan kecepatan informasi di sana. Tanpa kita sadari, digitalisasi itu sendiri menimbulkan kondisi tidak inklusif bagi beberapa kelompok, salah satunya adalah aksesibilitas internet antara laki-laki dan perempuan di dunia. Pada tahun 2022, kami menemukan hanya 32% wanita yang memiliki akses internet, di mana 68% pria telah memilikinya,” ungkap Valerie. Ia menjelaskan bagaimana perjalanan membangun kesetaraan gender masih sangat panjang, meskipun usaha ini telah berjalan lebih dari 300 tahun.
Ketimpangan antara laki-laki dan perempuan mungkin tidak banyak ditemukan di kota-kota besar dan modern. Namun bagi sebagian besar kelompok ekonomi menengah kebawah, khususnya pada negara berkembang, masih banyak anggapan bahwa perempuan tidak memiliki kemampuan setara dengan laki-laki. “Kita bisa melihat seberapa banyak bos besar perempuan di dunia dibanding dengan laki-laki. Bahkan, dalam representatif bisnis maupun politik saat ini, masih banyak didominasi oleh laki-laki. Padahal, perempuan harusnya memiliki talenta yang sama seperti laki-laki, tapi banyak yang enggan melihatnya,” tambahnya.
Gelar wicara yang diadakan di Auditorium Mandiri Lantai 4 Fisipol UGM tersebut disambut baik oleh dekan Fisipol UGM sebagai salah satu ruang diskusi kritis akan isu kesetaraan gender. “Kami mengucapkan terima kasih kepada UNRC Indonesia yang telah datang ke fakultas kami. Fisipol UGM memiliki triple concern, yaitu COVID-19, perubahan iklim, dan isu revolusi digital. Ini adalah kehormatan bagi kami dan kami sangat terbuka untuk menjalin kerja sama dan kolaborasi nantinya,” ucap Wawan Mas’udi selaku Dekan Fisipol UGM.
Menurut Valerie, Yogyakarta sebagai kota dengan industri rumah tangga yang besar memiliki potensi tinggi bagi pengembangan talenta perempuan. UMKM yang bergerak di bidang produk bernuansa seni nusantara banyak dikepalai oleh perempuan. Hal ini tentu saja membuktikan bahwa ekonomi suatu daerah tidak ditentukan oleh gender, laki-laki dan perempuan, sama-sama bisa memiliki perannya masing-masing.
“Saya kagum dengan kegigihan wanita-wanita Jogja. Mereka tidak hanya fokus mencari uang saja dalam melakukan pekerjaannya, tapi mereka menikmatinya. Mereka merepresentasikan kemampuan wanita-wanita Indonesia dalam menopang ekonomi,” ucap Valerie. (/tsy)