Yogyakarta, 7 Juli 2023─Election Corner (EC) Fisipol UGM selenggarakan dialog publik bertajuk Future Leader Forum dengan judul “Woman Political Leadership: To Unite What Male Politicians Have Divided”. Forum dilaksanakan pada Jumat (07/7) di Ruang Auditorium Mandiri Lt. 4, FISIPOL UGM, menghadirkan narasumber Yenny Wahid dengan dua pembahas dari Dosen Sosiologi UGM, Deshinta Dwi Asriani dan Pimpinan Dema FISIPOL UGM, Maskana Putri Salwa. Diskusi berlangsung dipimpin oleh Manajer PARES, Obed Kresna.
Dalam sambutannya, Dr. Wawan Mas’udi menjelaskan bahwa FISIPOL melalui Election Corner menginisiasi program yang berupaya mengisi perjalanan menuju pemilu 2024 dengan diskusi-diskusi substantif dan menghadirkan tokoh serta pemimpin dari beragam latar belakang untuk memberikan perspektif, warna, dan edukasi pada publik terkait substansi dalam pemilu yang tidak hanya prosedural.
“Pemilu bukan hanya untuk pertarungan popularitas tapi juga tentang gagasan, program, dan apa yang lebih baik untuk masyarakat,” jelasnya.
Tema yang diangkat pada forum ini membahas tentang kesetaraan gender dalam praktik politik di Indonesia melalui kepemimpinan perempuan. Deshinta menyoroti identitas gender yang sering terjadi dan mengkotak-kotakkan perempuan dalam diskriminasi. “Ada gender sebagai pembeda dalam beragam praktik, sehingga yang perlu dilakukan adalah keluar dari paradigma atau budaya dan struktur yang melekatkan gender sebagai pembeda itu,” jelas Deshinta.
Kepemimpinan perempuan dinilai penting untuk diberdayakan. Melihat pada realitas yang disampaikan Deshinta bahwa perempuan berperan signifikan dalam meningkatkan ekonomi pasca-pandemi. Hal serupa diamini oleh Yenny bahwa apabila perempuan diberi akses untuk berpendidikan tinggi maka berdampak dalam peningkatan GDP negara sampai 4%. Selain itu, perempuan berkontribusi sebagai konsumen (pembeli) dan produsen dengan berperan dalam sektor UMKM sebagai penyangga ekonomi negara.
Yenny menambahkan bahwa peran perempuan dalam politik penting dilakukan. “Karena yang akan memperjuangkan isu-isu penting perempuan adalah perempuan sendiri, bapak-bapak kurang paham,” jelasnya. Yenny mengaitkannya dengan kodrat perempuan yang perlu fasilitas untuk cuti hamil, melahirkan haid, menyusui, hingga ruang-ruang aman bagi perempuan di ruang publik.
Lebih lanjut, Yenny menjelaskan tentang masyarakat ideal yang harus diwujudkan. Menurutnya terdapat empat poin penting yang harus direalisasikan untuk mewujudkan masyarakat ideal tersebut. Pertama melalui kedamaian dengan saling menghormati dan toleransi; sustainable atau berkelanjutan dengan menjaga lingkungan sebagai amanah generasi selanjutnya; compassionate dengan menciptakan stabilitas mental; serta berpendidikan dengan alokasi dana riset yang memadai. (/dt)