Yogyakarta, 28 Agustus 2023—Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada bersama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI dan Yayasan Ghifari menyelenggarakan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila melalui Wicara dan Amal Pancasila pada Senin (28/8) di Auditorium Fisipol UGM. Acara tersebut dihadiri oleh Yudian Wahyudi, Kepala BPIP RI, untuk memberikan Keynote Speech, serta Prakoso, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP RI, dan Wawan Mas’udi, Dekan Fisipol UGM. Selain itu, dihadirkan pula tiga pembicara, yaitu Suratman, Guru Besar UGM; Sahiron, Fasilitator Nasional Moderasi Beragama; Kalis Mardiasih, penulis buku dan influencer; dan dimoderatori oleh Suzanna Eddyono, Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan UGM.
Wawan berpendapat bahwa sosialisasi nilai-nilai Pancasila merupakan agenda nasional dan sudah menjadi tanggung jawab kebangsaan UGM sebagai institusi pendidikan. Nilai-nilai rumusan Pancasila perlu ditanamkan agar Indonesia dengan masyarakat yang plural, sejarah yang panjang, dan memiliki potensi luar biasa dapat membawa nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan. Namun, upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan terus menghadapi tantangan yang silih berganti dari waktu ke waktu. Menurut Wawan, terdapat tiga tantangan utama yang sedang dihadapi saat ini. Tantangan itu disebut oleh Wawan sebagai triple disruption dan megashift.
“Pertama, terkait dengan perubahan iklim, kita harus mendorong transisi energi berkeadilan, yang membuat masyarakat tetap punya akses. Jangan sampai kekayaan Indonesia yang dapat mendukung transisi energi dikuasai oleh pihak asing. Kedua, transformasi digital, yang di dalamnya terdapat dimensi keadilan yang masih menjadi tantangan ketika dihadapkan dengan situasi ketidakmerataan yang dapat menghasilkan adanya lost generation. Ketiga, inklusi sosial, bagaimana masyarakat kita yang majemuk dapat masuk ke dalam sistem yang kita punya tanpa adanya eksklusi,” jelas Wawan.
Yudian kemudian melanjutkan acara dengan mengajak seluruh peserta sosialisasi untuk dapat mengapresiasi sejarah perjuangan bangsa dan tak lupa untuk bersyukur. Pasalnya, Yudian menyebutkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan proklamasi terbaik dan terhebat dalam sejarah.
“Bangga karena Indonesia dapat merdeka hanya dalam waktu singkat, tanpa teknologi militer. Proklamasi berhasil membebaskan dan mempersatukan kembali rakyat Indonesia di mana waktu itu setidaknya ada 57 negara yang berdiri sendiri” tegas Yudian.
Keynote speech dari Yudian diikuti dengan acara sosialisasi yang diisi oleh tiga pembicara lainnya. Masing-masing pembicara memaparkan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang keahliannya masing-masing. Suratman menyampaikan bahwa salah satu bentuk implementasi dan upaya mewujudkan keadilan adalah melalui program Srikandi Sungai Indonesia yang diinisiasi oleh UGM. Selain itu, Kalis juga menegaskan bahwa keadilan dalam aspek gender masih butuh dorongan dan upaya lebih. “Salah satu yang sedang kami perjuangkan saat ini adalah pencegahan pernikahan anak usia dini,” tukas Kalis.