Yogyakarta, 18 Oktober 2023─Center for Digital Society (CfDS) UGM melakukan kajian untuk menguak perubahan narasi dan interaksi yang terjadi selama 10 tahun terakhir pada tiga bakal calon presiden (bacapres) terkemuka di media sosial X dan Instagram. Iradat Wirid (Deputi Sekretaris Eksekutif CfDS UGM), M. Yusuf Daffa Izzalhaqqi (Tim Riset CfDS UGM), serta Valentino Yovenky Ardi Bentarangga (Tim Riset CfDS UGM) memaparkan temuan tim riset CfDS dalam penelitian tersebut.
CfDS mengoleksi data dari akun X resmi ketiga bacapres Indonesia yang akan berkompetisi kala Pemilu 2024 nanti. Pengambilan data tersebut dimulai dari Oktober 2013 hingga Oktober 2023. Selain itu, CfDS juga mengumpulkan data melalui media sosial Instagram para bacapres dari Agustus 2023 hingga Oktober 2023. Data dianalisis menggunakan pendekatan “exploratory data analysis” dan diejawantahkan dengan metode “topic modelling”, seperti Word Cloud, Bi-gram, dan Latent Dirichlet Allocation.
Berkaitan dengan aktivitas akun media sosial X, CfDS mengidentifikasi beberapa narasi yang menjadi ciri khas masing-masing bacapres. Misalnya, Prabowo, pada kampanye Pemilu 2014, berfokus pada topik kebangsaan dan dukungan kepada Partai Gerindra. Ketika menjadi oposisi, akunnya lebih interaktif dan kurang berfokus pada pemerintahan. Pada Pemilu 2019, ia lebih menonjolkan narasi ke-Islam-an. Setelahnya Prabowo tidak tampak memiliki narasi yang jelas karena sudah bergabung ke pemerintahan.
Ganjar, saat menjadi Gubernur Jawa Tengah, banyak merespons keluhan masyarakat dan berbagi tentang kehidupan pribadinya. Sebagai bacapres Pemilu 2024, ia sering berkeliling Indonesia dan bertemu tokoh agama Islam, dengan foto dan video sebagai konten utama.
Sementara itu, Anies, ketika turut menyukseskan Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilu 2014, fokus menarasikan dukungannya kepada Jokowi dan komunitas tertentu. Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), ia berbicara tentang pendidikan. Saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia menyoroti prestasi dan program-program ibukota tersebut. Setelah dideklarasikan sebagai bacapres 2024, ia pun lebih fokus pada gagasan, kolaborasi politik, dan narasi ke-Islam-an.
“Pada media sosial Instagram, CfDS menemukan beberapa spektrum khusus untuk setiap bacapres,” kata Iradat. Unggahan bacapres Anies bernuansa narasi intelektual, menggandeng masyarakat lintas profesi dan tokoh lintas negara, tandem kepartaian, beserta topik lainnya seperti “kucing”. Lalu, unggahan bacapres Ganjar banyak menggandeng tokoh-tokoh agama, “ibu-ibu”, dan keluarga, serta membahas topik populer kaum muda. Di sisi lain, unggahan bacapres Prabowo banyak memperlihatkan pertemuannya dengan tokoh nasional dan internasional, ragam foto dengan para influencer dan selebriti, serta menunjukkan penggunaan bahasa lokal.
Kesimpulan yang CfDS soroti dalam persiapan menuju Pemilu 2024, para bacapres Indonesia semakin aktif di beragam media sosial. Tren aktivitas media sosial para bacapres kala ini memperlihatkan bagaimana platform X cenderung menghasilkan narasi yang seragam dan lebih serius, sementara media sosial Instagram menjadi tempat yang menarik untuk membangun citra dan menyampaikan pesan emosional.