Yogyakarta, 1 Desember 2023─Ajisaka 2024 gelar pra-acara Janamejaya dengan movie screening dan diskusi interaktif bertajuk “Nature Conservation: Empowering Youth Advocacy through Digital Media Creation” Jumat (01/12). Pada kesempatan ini, film dokumenter berjudul “Tanah Moyangku” karya Watchdoc ditayangkan perdana secara luring di Auditorium Lt. 4 Fisipol. Film tersebut merupakan pemantik diskusi tentang sikap abai manusia terhadap alam Indonesia dan bagaimana gerakan advokasi pemuda serta media digital dapat berkesinambungan dalam menjawab isu konservasi alam. Sesuai dengan tema yang diusung Ajisaka tahun ini yakni Nature Conservation bertajuk “Samarthya Bumi: Setiap hidup berharga, setiap aksi bermakna”.
Kehadiran platform media yang semakin beragam memberikan tantangan sekaligus peluang bagi isu-isu advokasi. Salah satunya media advokasi melalui karya sinematik berupa film. Seperti film dokumenter “Tanah Moyangku” hasil Sutradara Edy Purwanto yang mengusung isu konflik agraria di Indonesia. Diketahui bahwa konflik agraria di Indonesia dalam kurun 10 tahun terakhir mencapai 2.701 kasus antara perusahaan dengan masyarakat.
“Film (itu) salah satu bentuk advokasi. Seperti dijelaskan Mas Edy, film ini butuh waktu dua tahun, riset panjang, serta pengambilan gambar atau footage yang hati-hati untuk membuat cerita mengesankan,” tutur Ary Lesmana, World Resources Indonesia (WRI).
Menurut Edy peran generasi muda untuk mengatasi isu lingkungan yang relevan dengan era ini adalah pendekatan untuk mengubah perilaku (behavior). Faktor pendukung perubahan perilaku ini diantaranya melalui channel seperti medium yang digunakan serta peer influence seperti teman sebaya sebagai pendorong. Channel kampanye isu lingkungan yang digiatkan Watchdoc lewat media digital seperti media sosial diharapkan dapat menjangkau audiens lebih jauh dan memunculkan agent of change.
“Film bukan hanya tontonan tapi (juga) penyadaran, memunculkan diskusi dan social movement yang lebih nyata,” jelas Edy.
Sementara itu, Festival Ajisaka 2024 menghadirkan warna baru dengan mengadakan mata lomba perdana yakni “Dewi Sinta” atau Parade Wirausaha Komunikasi Nusantara, yang berfokus pada bidang wirausaha. Kompetisi mata lomba lainnya yakni Arjuna, Kresna, Prahasta, dan Sadewa siap bertanding dengan ide-ide memukau para insan kreatif yang berpartisipasi. (/dt)