Yogyakarta, 15 Desember 2023─Di tengah era post-truth dan misinformasi yang semakin menyebarluas khususnya menyambut pesta pemilu 2024, Fisipol UGM gandeng Tirto.id untuk lakukan kerjasama lewat peluncuran program Inception. Pada kegiatan ini juga dilakukan penandatangan kerjasama antara Fisipol dan Tirto.id serta diskusi publik dengan tema “Literasi Digital Menuju Jurnalisme Berkualitas” pada Jumat (15/12) di Ruang Seminar Timur Fisipol. Diskusi dihadiri pembicara Slamet Santoso (Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aptika Kominfo), Rachmadin Ismail (Pemimpin Redaksi Tirto.id), dan Ni Made Diah Apsari Dewi (Peneti Institute of International Studies).
Inception merupakan program yang diusung oleh Tirto.id, Fisipol serta Kominfo untuk melawan misinformasi lewat literasi digital. Program kolaborasi antara media, pakar/ peneliti, dan pemerintah untuk menghasilkan konten-konten berisi literasi digital ini bertujuan menangkal misinformasi yang tersebar luas dan cepat di dunia digital. Sivitas akademika Fisipol UGM dapat berpartisipasi dalam program ini.
Rachmadin mengatakan bahwa misinformasi harus dilawan dari hulu hingga hilir. “Hilir ini adalah misinformasi yang perlu diluruskan. Dari hulu diatasi lewat kerjasama dengan pemerintah untuk kampanye literasi digital dan pengadaan program maupun pelatihan tentang literasi digital serta pertemuan dengan dekan (akademisi) untuk membuat workshop kolaborasi,” jelasnya.
Alur program Inception ini adalah pengadaan diskusi dan training literasi digital untuk melawan misinformasi, lalu diadakan produksi konten bersama antara akademisi (peneliti, dosen, mahasiswa Fisipol UGM) di channel khusus Tirto.id yaitu Inception, diakhiri pengadaan malam apresiasi bagi pegiat literasi digital yang berpartisipasi.
Sementara itu, Slamet juga berharap kerjasama ini juga dilakukan dengan pengadaan pembekalan materi dari Kominfo terkait literasi digital kepada mahasiswa Fisipol yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai upaya penyebaran literasi digital di masyarakat.
“Dunia digital ini memunculkan peluang baru bagi generasi muda untuk menjadi content creator yang menciptakan ruang positif dan produktif,” lanjutnya.
Sementara menurut Diah dalam risetnya, rendahnya literasi digital di Indonesia disebabkan oleh dunia digital sebagai area normative yang terpisah dari tanggungjawab kewarganegaraan serta pengguna digital yang masih pasif atau hanya sebagai penonton. Sehingga solusi yang ditawarkannya dapat dilakukan dengan penguatan demokrasi, literasi media yang kritis, serta menjadikan misinformasi sebagai isu bersama. (/dt)