Selasa, 15 Juli 2014 Institute of International Studies (IIS) UGM bekerjasama dengan Global Engangement Office FISIPOL UGM menggelar diskusi bulanan yang bertajuk “Gaza Bergejolak, Kita Bergerak” di ruang ba 101 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM. Acara ini turut didukung oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Middle Eastern Studies (MESI) sebagai upaya menanggapi fenomena penyerangan Israel di jalur Gaza. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk menggagas solusi kemanusiaan dari konflik yang telah lama berlangsung diantara Israel dan Palestina.
Acara ini turut diwarnai dengan beberapa agenda seperti pemutaran video dokumenter di Jalur Gaza, diskusi dengan pakar HAM dan resolusi konflik, penampilan musikalisasi puisi, doa bersama dari berbagai agama, penggalangan dana serta pembuatan Tower of Hope yang berisikan testimoni peserta berisi harapan bagi tercapainya perdamaian di Jalur Gaza.
Diskusi ini menghadirkan dua narasumber, yaitu (1) Drs. Dafri Agus Salim, MA dosen Ilmu Hubungan Internasional dan penelitik Hak Asasi Manusia, (2) Drs. Samsu Rizal Panggabean, M.Sc dosen Ilmu Hubungan Internasional dan peneliti peneliti studi resolusi konflik. Keduanya membahas Konflik di Gaza dari sudut pandang yang berbeda baik dari sisi kemanusiaan dan resolusi konflik. Diskusi ini kemudian menekankan bahwa konflik yang terjadi di Israel dan Palestina bukanlah permasalahan agama lagi, namun adalah masalah kemanusiaan.
Diskusi pertama, Bapak Dafri membahas mengenai pelanggaran HAM yang terjadi di Gaza, bahwa konflik yang terjadi telah melanggar asaa hukum humaniter internasional seperti yang telah tercantum dalam Konvensi Den Haag 1907. Pelanggaran Hak Asasi manusia juga terjadi di segala bidang baik hak sipil, politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu secara lebih spesifik, pelanggaran HAM yang terjadi juga melanggra hak perempuan, anak, anti diskriminasi dan anti penyiksaan. Dengan adanya pelanggaran HAM tersebut, maka konflik yang terjadi di Gaza dapat dikatakan sebagai permasalahan kemanusiaan yang sangatlah serius.
Diskusi kedua, Bapak Rizal lebih menekankan pada peluang resolusi konflik Israel dan Palestina. Keduanya masih dapat menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, gagasan tersebut antara lain, (1) mendukung upaya rekonsiliasi Hamas-PLO, (2) menerapkan pemberitaan yang lebih berimbang, keterlibatan media harus diwaspadai keobjektivitasanya agar tidak menumbuhkan sentiment publik yang semakin besar. Bapak Rizal menyarankan agar Indonesia turut aktif mendukung adanya genjatan senjata di Gaza.
Diskusi ini berjalan sangat atraktif dipenuhi antusias para peserta. Di akhir acara, acara ditutup dengan buka bersama. Serta penggalangan dana yang secara langsung akan disalurkan bagi sadara kita di Jalur Gaza. Pada akhirnya acara ini menekankan bahwa konflik Israel-Palestina bukan merupakan permasalahan agama, melainkan permasalahan kemanusiaa. Bahkan, kemanusiaan tidak dapat dibatasi oleh batas-batas negara. Sudah sepatutnya kita yang menjunjung asa kemanusiaan dimanapun berada mendukung adanya perdamaian. Seperti pernyataan Bapak Mochtar Mas’oed Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional, bahwa melalui diskusi ini, kita dapat mengukur seberapa peka kita terhadap isu kemanusiaan yang terjadi di Gaza. (OPRC)