Pada Rabu, 27 Agustus 2014 Asean Studies Center FISIPOL UGM berkolaborasi dengan Institute of International Studies, Program on Humanitarian Actions menyelenggaraan seminar dan diskusi mengenai isu kemanusiaan di Myanmar terkait etnis Rohingya. Seminar tersebut bertemakan “Exiled to Nowhere : Burmas’s Rohingya, Humanitarian in ASEAN Context” dan dilaksanakan di ruang 201 gedung BA FISIPOL UGM. Seminar ni bertujuan untuk mengulas isu kemanusiaan terkait diskrimasi terhadap etnis Rohingya yang dilihat dari kontks ASEAN sebagai regionalisasi di Asia Tenggara.
Seminar ini mengahdirkan tiga pembicara yang menyampaikan materi dari perspektif yang berbeda, (1) Greg Constantine yang merupakan fotografer “Exile to Nowhere”, (2) Lars Stenger dari Jesuit Refugee Center, Indonesia serta (3) Ahmad Rizky Mardatillah Umar. SIP seorang peneliti di ASEAN Studies Center FISIPOL UGM. Ketiga pembicara ini mencoba menggambarkan situasi dan kondisi etnis Rohingnya yang tidak memilki status kewarganegaraan serta mendapatkan perlakuan diskriminatif. Hal ini membuat isu Rohingya menjadi isu kemanusiaan yang sangat penting untuk dibicarakan. Tentu saja, hal ini tidak terlepas oleh peran ASEAN yang seharusnya mampu menjadi penengah dalam menagatasi isu kemanusiaan ini. Terlebih, isu ini bukan hanya menjadi urusan Myanmar maupun ASEAN, melainkan menjadi isu multinasional di antara negara-negara di Asia Tenggara.
Diskusi dari seminar berjalan sangat menarik karena terdapat banyak fakta unik terkait kelemahan ASEAN sehingga isu diskriminasi etnis Rohingya belum juga terselesaikan. Kemudian, pada akhirnya yang menjadi konsentrasi dalam hal kemanusiaan adalah bagaimana kita sebagai mahasiswa maupun kalangan umum dapat berkontribusi dalam penyelesaian isu atau paling tidak menegakkan hak asasi manusia yang dimiliki oleh etnis Rohingya. Etnis Rohingya yang tidak memiliki status legal, hak untuk bekerja, hak mendapatkan sertifikat kelahiran dan tidak mendapatkan hak pendidikan menunjukkan bahwa seharusnya mereka mendapatkan hal yang sama seperti manusia lainya. Urusan politik makro seharusnya teteap mengedepankan kaum minoritas dan tidak membuatnya menjadi korban.