Pada tahun 2014 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan survei mengenai layanan keuangan terhadap sekitar 8.000 responden. Hasil dari dilakukannya survei tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemahaman alias literasi masyarakat terhadap jasa keuangan (finansial) ternyata masih rendah. Dari survei tersebut hanya 22% yang ternyata tergolong pada well literate atau memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan. Sisanya, berada pada less literate dan not-literate. Sementara itu, di sisi yang lain masyarakat yang memanfaatkan produk dan jasa keuangan di Indonesia baru berkisar pada 60%.
Beranjak pada permasalahan minimnya literasi finansial di kalangan masyarakat itu, Sun Life Financial dan Financial Planning Standard Board (FPSB) Indonesia bekerja sama dengan Fisipol UGM menyelenggarakan workshop literasi finansial. Workshop yang bertajuk Program Edukasi Perencanaan Keuangan, Menuju Masyarakat Melek Finansial ini diselenggarakan pada Sabtu (11/4) pagi.
Acara yang bertempat di R. Seminar Timur Lt. 2 tersebut dibuka oleh Dr. Bevaola Kusumasari, S.IP, M.Si sebagai perwakilan pihak Fisipol. Workhsop tersebut merupakan program rangkaian yang diadakan didelapan universitas berbeda. Sedangkan, saat ini sudah dilaksanakan dilima universitas seperti ITB, Universitas Petra, Universitas Indonesia, Udayana, Ukrida, dan UGM menjadi universitas kelima yang mendapat workshop tersebut. Selain mahasiswa, workshop ini juga dihadiri oleh karyawan dan dosen lingkup kerja UGM.
Acara dimulai dengan perkenalan dan presentasi dari FPSB dan Sun Life Financial sebagai dua lembaga penginisiasi workshop literasi finansial didelapan universitas. Sebagai bagian dari pemegang lisensi Certified Financial Planner (CFP) di Indonesia FSB berperan dalam meningkatkan kualifikasi sumber daya manusia di bidang perencanaan dan jasa keuangan. Sedangkan dari Sun Life Financial sebagai salah satu perusahaan penyedia jasa keuangan.
Dalam workhsop ini peserta diajak untuk mengubah paradigma berpikir tentang penggunaan dan pengelolaan uang. Selain itu, peserta diajak untuk melakukan pengelolaan finansial pribadi secara sederhana. Misalnya seperti, mencatat pengeluaran dan pendapatan dan mengola arus pengeluaran. Harapannya, setelah adanya pelatihan ini mahasiswa dan civitas akademika mampu menjadi pionir dalam mengembangkan literasi finansial kepada masyarakat yang lebih luas.
Acara yang diikuti sekitar 100an orang ini menghadirkan Henry Januar, Ketua Umum Financial Planner Association (FPA) Indonesia sebagai pemateri workshop. Menurut Henry, ada empat hal yang dibutuhkan agar kita bisa melek finansial. Keempat hal itu memperhatikan tentang cara uang bekerja, cara seseorang memperoleh uang, cara orang mengelola uang dan cara orang menginvestasikan uang.
Selain itu, menurut pria yang pernah menempuh kuliah pada bidang geologi ini, kemampuan melek finansial harus bertumpu pada tiga hal. Pertama, knowledge (pengetahuan) orang dalam urusan finansial. Kedua, skill (ketrampilan) orang dalam hal mengelola finansial. Serta terakhir, semua hal yang memungkinkan seorang membuat keputusan dan dampaknya atas semua sumber daya keuangan. (Dias-OPRC)